Uji Coba Gagal, Kereta Tanpa Rel IKN Dikembalikan ke Produsen

Mimpi untuk menghadirkan sistem transportasi canggih berupa kereta tanpa rel atau Autonomous Rail Transit (ART) di Ibu Kota Nusantara (IKN) mengalami kemunduran. Kereta ART yang didatangkan dari CRRC Qingdao Sifang, China, ternyata tidak memenuhi ekspektasi dan terpaksa dikembalikan ke negara asalnya. Kegagalan ini menjadi sorotan tajam terhadap kesiapan teknologi dan adaptasi terhadap kondisi lingkungan IKN yang unik.

Pemerintah awalnya berencana menggunakan ART sebagai bagian dari visi smart mobility untuk mewujudkan IKN sebagai kota cerdas, hijau, dan berkelanjutan. Satu set kereta ART yang terdiri dari tiga gerbong dengan kapasitas 302 penumpang telah tiba di Pelabuhan Balikpapan pada Juli 2024. Kereta ini diharapkan dapat beroperasi searah jarum jam dengan interval (headway) sekitar 5 menit, didukung oleh empat halte yang berfungsi ganda sebagai tempat menaik-turunkan penumpang dan pengisian daya.

ART diklaim sebagai terobosan dalam dunia transportasi Indonesia, menawarkan sistem kereta tanpa rel yang mampu beroperasi secara otomatis. Kereta ini menggunakan baterai dan dipandu oleh marka jalan serta magnet, dengan tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan konsumsi energi. Namun, dalam uji coba, sistem ART mengalami sejumlah kendala serius.

Salah satu masalah utama adalah ketidakmampuan sistem otonom beroperasi secara efektif di lingkungan mixed traffic IKN, di mana jalur uji coba digunakan bersama kendaraan lain. Sistem sensor dan kecerdasan buatan (AI) pada kereta tidak dapat beradaptasi dengan kondisi jalan yang masih dalam tahap pembangunan, seperti permukaan yang tidak rata dan gangguan dari kendaraan konstruksi. Mohammed Ali Berawi, Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN, menyatakan bahwa pengembalian kereta ini dilakukan atas permintaan Otorita IKN untuk penyempurnaan dan perbaikan teknologi.

Selain itu, sistem pengereman otonom juga dinilai belum memadai. Kereta tidak dapat secara otomatis memperlambat, mengerem, atau memberikan peringatan ketika mendeteksi rintangan atau objek yang melintas, sehingga meningkatkan risiko keselamatan. Hal ini bertentangan dengan standar keamanan tinggi yang ditetapkan untuk transportasi publik di IKN.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan bahwa pengembalian kereta ART ke China tidak akan merugikan negara. Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Budi Rahardjo, menjelaskan bahwa uji coba ini dilakukan melalui nota kesepahaman (MOU) antara Otorita IKN dan vendor, dengan partisipasi dari CRRC Qingdao Sifang. Evaluasi kelayakan ART dilakukan oleh Otorita IKN, dan karena sistem otonom belum berfungsi dengan baik, kereta tersebut dikembalikan.

Budi Rahardjo menambahkan bahwa pembiayaan uji coba ditanggung oleh vendor ART, sehingga negara tidak mengalami kerugian. Penggunaan kereta otonom ini didasari oleh keinginan pemerintah untuk menerapkan konsep transportasi yang ramah lingkungan dan futuristik di IKN, dengan menggunakan baterai untuk meminimalisir emisi gas rumah kaca dan pemakaian energi fosil.

Kepastian mengenai kemungkinan mendatangkan kembali ART dari China masih belum jelas dan akan melalui berbagai pertimbangan. Kegagalan uji coba ini menggarisbawahi pentingnya adaptasi teknologi impor terhadap kondisi lokal, termasuk pengujian di lingkungan nyata, penyesuaian terhadap iklim tropis, topografi, dan pola lalu lintas IKN.