Perjuangan Laksamana Muda Julius Memulihkan KRI Teluk Parigi dari Kondisi Memprihatinkan di Jerman

Di tahun 1995, sebuah perjalanan mengantarkan Letnan Satu Julius Widjojono ke sebuah dermaga di Rostock, Jerman. Tujuannya adalah untuk mengambil kapal perang yang akan memperkuat armada laut Indonesia. Setelah menempuh perjalanan panjang dari tanah air, rasa ingin tahu membawanya mencari kapal yang akan menjadi tanggung jawabnya, KRI Teluk Parigi-539.

Namun, pemandangan yang menyambutnya jauh dari harapan. Alih-alih kapal perang gagah perkasa seperti KRI Teluk Ende atau KRI Teluk Johannes yang pernah ia awaki, Julius mendapati KRI Teluk Parigi dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. "Sampah di mana-mana, kabel-kabel bergelantungan, tak ada penerangan. Berantakan," kenang Laksamana Muda TNI Julius dalam sebuah podcast.

Di tengah kekacauan itu, Julius menemukan secarik kertas berisi gambar KRI Teluk Parigi yang gagah, lengkap dengan persenjataan di dek dan buritan. Kontras dengan kenyataan yang ada di hadapannya, kapal itu tampak seperti rongsokan yang ditinggalkan. "Saya sempat terbengong-bengong, ini luar biasa," ujarnya.

Julius adalah bagian dari tim yang beranggotakan 12 orang, ditugaskan untuk menjemput 39 kapal perang yang merupakan hasil pengadaan yang dipimpin oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi saat itu, B.J. Habibie. KRI Teluk Parigi adalah salah satu kapal yang harus dibawa kembali ke Indonesia.

Tugas berat menanti Julius dan timnya. Mereka harus bekerja keras untuk memulihkan kondisi kapal agar layak berlayar kembali ke tanah air. Selain itu, mereka juga harus menghadapi potensi bahaya dari negara-negara yang berkonfrontasi dengan Jerman pada masa itu, serta tantangan gelombang samudera yang tinggi selama pelayaran pulang.