Informasi Sesat Suami Picu Keterlambatan Pencarian Korban Banjir Bandang Sukabumi

Informasi Sesat Suami Picu Keterlambatan Pencarian Korban Banjir Bandang Sukabumi

Tragedi banjir bandang yang menerjang Kampung Gumelar, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggalkan duka mendalam. Kehilangan nyawa Santi dan Nurul (3 tahun), istri dan anak seorang warga bernama Aang, semakin diperparah oleh tindakan Aang sendiri yang dinilai telah menghambat proses pencarian korban. Aang, yang diketahui berprofesi sebagai pedagang kelontongan, memberikan informasi yang menyesatkan kepada tim SAR dan warga setempat mengenai keberadaan keluarganya.

Dalam sebuah video berdurasi 34 detik yang viral di media sosial, Aang dengan nada santai menyatakan bahwa istri dan anaknya selamat dan berada di Cikakak, Desa Margalaksana. Pernyataan ini terbukti keliru setelah jasad Santi dan Nurul ditemukan meninggal dunia, tertimbun puing-puing bangunan di sekitar kontrakan mereka. Informasi yang disampaikan Aang tersebut tidak hanya membuat warga Kampung Gumelar geram, tetapi juga menghambat upaya pencarian yang dilakukan oleh tim SAR gabungan yang berjibaku di tengah bencana.

Ketua RW 22 Kampung Gumelar, Reza, mengungkapkan bahwa Aang beberapa kali ditanya mengenai keberadaan istrinya, namun tetap bersikeras bahwa Santi dan Nurul telah pulang ke kampung halaman mereka di Kecamatan Cikakak. Pernyataan tersebut membuat tim SAR dan warga sempat melakukan pencarian di lokasi yang salah, mengakibatkan terbuangnya waktu berharga dalam upaya penyelamatan. “Semalam saya langsung ke pasar, saya tanyakan soal istrinya di mana. Dia bilang sudah pulang ke Cikakak. Berkali-kali ditanya, jawabannya tetap sama, nggak ada peduli, nggak ada usaha cari tahu. Padahal warga dan tim SAR sudah mati-matian mencari,” ujar Reza.

Lebih lanjut, Reza menjelaskan bahwa bahkan tetangga dan pemilik kontrakan mengetahui bahwa Santi dan Nurul berada di dalam rumah sebelum banjir membesar dan sempat berupaya membujuk mereka untuk dievakuasi. Namun, keduanya menolak dan memilih bertahan di dalam rumah. Keengganan Aang untuk memberikan informasi yang akurat dan sikap acuhnya selama proses pencarian, menurut Reza, telah memperlambat evakuasi dan berpotensi memperbesar peluang jatuhnya korban jiwa.

Sikap Aang yang tetap berjualan di pasar di tengah upaya pencarian yang dilakukan warga dan tim SAR semakin menambah kemarahan warga. Setelah jasad istri dan anaknya ditemukan, Aang baru menyadari kesalahannya dan memberikan alasan bahwa ponselnya mati dan tidak membawanya saat berjualan. Namun, alasan tersebut tidak cukup meredam amarah warga yang merasa telah dibohongi dan upaya pencarian telah terhambat karena informasi yang menyesatkan.

Kejadian ini menyoroti pentingnya peran informasi yang akurat dan jujur dalam situasi darurat bencana. Informasi yang keliru, apalagi yang sengaja diberikan, dapat berdampak fatal dan memperburuk situasi. Kasus ini juga menjadi pengingat betapa pentingnya kerjasama dan kepedulian antar warga dalam menghadapi bencana alam.

Kronologi Kejadian: * Banjir bandang menerjang Kampung Gumelar. * Aang memberikan informasi palsu tentang keselamatan istri dan anaknya. * Tim SAR dan warga melakukan pencarian di lokasi yang salah berdasarkan informasi Aang. * Jasad Santi dan Nurul ditemukan meninggal dunia. * Aang baru mengakui kesalahannya setelah jasad istri dan anaknya ditemukan. * Warga mengecam sikap Aang yang dinilai tidak bertanggung jawab.

Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak tentang pentingnya transparansi dan kerjasama dalam menghadapi bencana alam. Semoga kejadian ini tidak terulang kembali di masa mendatang.