Baduy Ingatkan Potensi Bencana Akibat Kerusakan Puluhan Gunung di Banten

Masyarakat adat Baduy menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait kerusakan lingkungan yang melanda puluhan gunung dan bukit di wilayah Lebak dan Pandeglang, Banten. Mereka mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk segera mengambil langkah-langkah perbaikan dan pemulihan ekosistem yang terganggu, guna mencegah potensi bencana alam yang lebih besar di masa depan.

Dalam ritual Seba Baduy yang berlangsung di Pendopo Bupati Lebak, Rangkasbitung, tokoh adat Baduy, Saidi Putra, mengungkapkan bahwa terdapat 53 gunung dan bukit yang kondisinya memprihatinkan. Sebaran kerusakan ini meliputi 32 titik di Kabupaten Lebak dan 21 titik di Kabupaten Pandeglang. Menurut Saidi, kerusakan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah saja, melainkan seluruh elemen bangsa.

"Lingkungan, terutama aliran air, harus dijaga dari pencemaran. Ada larangan untuk mengotori baik di darat maupun di air," tegas Saidi usai ritual Seba Baduy.

Kondisi alam yang semakin memburuk, menurut Saidi, sangat memprihatinkan. Jika kerusakan ini terus berlanjut tanpa ada tindakan nyata, potensi terjadinya bencana alam akan semakin besar. Saidi mencontohkan, bencana yang mungkin terjadi adalah penyakit yang sulit diobati secara medis, bencana alam seperti tsunami, dan angin topan.

Saidi secara khusus menyoroti kerusakan alam yang terjadi di Kecamatan Bayah, Lebak, dan Ujung Kulon, Pandeglang. Ia mengajak semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian alam. Ia menegaskan bahwa apa yang disampaikannya bukanlah sekadar dugaan, melainkan berdasarkan fakta di lapangan.

Masyarakat Baduy memandang alam sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Keseimbangan alam adalah kunci keberlangsungan hidup dan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Kerusakan yang terjadi pada gunung dan bukit bukan hanya ancaman fisik, tetapi juga ancaman terhadap nilai-nilai budaya dan spiritual yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Baduy.

Adapun bentuk kerusakan yang terjadi pada puluhan gunung dan bukit tersebut belum dirinci secara detail oleh Saidi. Namun, ia mengisyaratkan adanya aktivitas yang merusak lingkungan seperti pertambangan ilegal, penebangan hutan secara liar, dan pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Kerusakan ini berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati, erosi tanah, dan perubahan iklim mikro.

Masyarakat Baduy berharap, dengan adanya peringatan ini, pemerintah dan masyarakat luas akan lebih peduli terhadap kelestarian alam. Mereka juga siap untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya pelestarian lingkungan di Banten. Ritual Seba Baduy bukan hanya sekadar tradisi tahunan, tetapi juga momentum untuk mengingatkan pentingnya menjaga alam sebagai warisan bagi generasi mendatang.