Harmoni Cita Rasa dalam Kebersamaan: Lima Tradisi Santap Khas Melayu di Nusantara
Kuliner Melayu, warisan cita rasa yang kaya rempah dan santan, bukan hanya sekadar hidangan. Di berbagai daerah di Indonesia, tradisi makan bersama menyertai kelezatan tersebut, menciptakan pengalaman kuliner yang unik dan bermakna.
Berikut adalah lima tradisi makan khas Melayu yang masih dilestarikan hingga kini:
-
Saprahan (Kalimantan Barat):
Di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Sambas, tradisi saprahan menjadi simbol kesetaraan. Agus, seorang pegiat budaya saprahan, menjelaskan bahwa filosofi di balik tradisi ini adalah "Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi." Tidak ada perbedaan status sosial dalam saprahan. Semua duduk bersila melingkari hidangan yang terdiri dari enam jenis makanan, melambangkan rukun iman. Menyantap hidangan dilakukan dengan tangan, menciptakan kedekatan dan kebersamaan.
-
Makan Berhidang (Riau):
Di Kampung Melayu Sungai Mempura, Kabupaten Siak, Riau, tradisi makan berhidang masih menjadi bagian penting dari acara pernikahan dan kenduri. Hidangan nasi, lauk pauk, sambal, sayuran, dan ulam disajikan di atas talam yang ditutup tudung saji. Para tamu duduk bersila di lantai, menikmati hidangan bersama tanpa meja, menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat.
-
Bajamba (Sumatera Barat):
Dari Minangkabau, Sumatera Barat, hadir tradisi bajamba, yaitu makan bersama dalam wadah besar (jamba). Bajamba melambangkan kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas. Empat orang duduk melingkar mengelilingi jamba yang berisi hidangan khas seperti rendang, gulai itik, gulai sayur nangka atau rebung, serta aneka camilan Minang seperti pinyaram, kelamai, kue loyang, dan lapek.
-
Tradisi Hadap-Hadapan (Sumatera Utara):
Suku Melayu Deli di Sumatera Utara memiliki tradisi unik bernama hadap-hadapan yang dilakukan setelah pernikahan. Keluarga mempelai pria dan wanita berkumpul, menyajikan nasi dengan ayam panggang utuh di dalam wadah berhias bunga yang terbuat dari makanan seperti permen, manisan, dan kue. Tradisi ini bertujuan untuk menjalin hubungan dan komunikasi antara kedua keluarga.
-
Makan Bejenang (Bengkulu):
Di Bengkulu, tradisi makan bejenang sering dijumpai dalam acara pernikahan atau adat. Prinsip utamanya adalah kebersamaan dan kesetaraan. Ketua Bejenang tidak diperbolehkan berhenti makan sebelum semua peserta selesai. Lauk pauk, sayur, kue, dan buah disusun rapi secara bergantian dalam jumlah genap, melambangkan keseimbangan. Simbol penting seperti sirih (melambangkan 5 rukun Islam) dan pinang-gambir (simbol persatuan) turut dihadirkan.
Tradisi-tradisi makan khas Melayu ini bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang nilai-nilai kebersamaan, kesetaraan, dan persaudaraan yang memperkaya budaya Indonesia.