Serikat Pekerja Purworejo Sesalkan Aksi Anarkis dalam Perayaan May Day di Semarang

Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menunjukkan sikap prihatin atas insiden kericuhan yang mewarnai perayaan Hari Buruh Internasional atau May Day 2025 di Semarang. Perwakilan serikat pekerja dan tokoh masyarakat setempat menyayangkan kejadian tersebut dan menekankan pentingnya penyampaian aspirasi yang damai dan konstruktif.

Maliki, Ketua DPC Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Kabupaten Purworejo, secara tegas menolak segala bentuk aksi anarkis yang terjadi selama demonstrasi di Semarang. Ia berpendapat, insiden tersebut seharusnya tidak perlu terjadi. Maliki justru mengapresiasi jalannya peringatan Hari Buruh di Purworejo yang berlangsung aman dan damai, meskipun melibatkan ribuan pekerja yang berkumpul di lokasi eks terminal lama Purworejo.

"Seharusnya, daerah lain dapat mencontoh bagaimana peringatan Hari Buruh di Purworejo dilaksanakan dengan tertib dan kondusif," ujar Maliki. Ia juga menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh buruh di Purworejo atas partisipasi mereka dalam kegiatan yang positif. Apresiasi khusus juga ditujukan kepada Kapolres Purworejo atas pengawalan yang profesional selama acara berlangsung, sehingga keamanan dan ketertiban tetap terjaga.

Senada dengan Maliki, H. Pujiono, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Purworejo, turut menyampaikan penolakannya terhadap tindakan anarkis yang terjadi di Semarang dan wilayah lain di Jawa Tengah. Pujiono menegaskan bahwa kekerasan bukanlah cara yang tepat untuk menyampaikan aspirasi.

"Kami menolak keras tindakan anarkis dalam pelaksanaan May Day di Semarang. Kami juga berterima kasih kepada Polres Purworejo beserta seluruh jajaran atas pengawalan yang telah diberikan kepada para pekerja sehingga dapat menyampaikan aspirasi mereka secara kondusif," kata Pujiono.

Pujiono menambahkan, aspirasi para pekerja di Purworejo dapat tersampaikan dengan baik dalam suasana yang harmonis dan konstruktif selama perayaan May Day yang berlangsung pada hari Kamis lalu. Hal ini menunjukkan bahwa dialog dan kerjasama antara pekerja, pemerintah, dan aparat keamanan dapat menghasilkan solusi yang positif bagi semua pihak.

Kejadian di Semarang menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih mengedepankan komunikasi dan negosiasi dalam menyelesaikan masalah ketenagakerjaan. Peringatan Hari Buruh seharusnya menjadi momentum untuk mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja, bukan justru menjadi ajang kekerasan dan anarki.