Guiding Block Kontroversial di Taman Danau Dampelas Dibongkar Usai Kritik Publik
Guiding Block Kontroversial di Taman Danau Dampelas Dibongkar Usai Kritik Publik
Pemerintah Kota Jakarta Pusat telah mengambil tindakan cepat dengan membongkar jalur pemandu atau guiding block berwarna kuning yang terletak di Taman Danau Dampelas, Bendungan Hilir (Benhil). Pembongkaran ini dilakukan setelah jalur tersebut menuai kritik tajam dari masyarakat, terutama setelah sebuah video viral menunjukkan potensi bahaya yang ditimbulkan bagi penyandang tunanetra.
Video yang menjadi viral tersebut menampilkan dua siswa berseragam pramuka yang berada di lokasi Taman Danau Dampelas. Dalam video tersebut, salah seorang siswa memerankan seorang tunanetra dan mencoba mengikuti jalur guiding block. Ironisnya, jalur tersebut justru mengarah langsung ke tepi sungai, tanpa adanya penghalang yang memadai. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa penyandang tunanetra dapat terjatuh ke sungai jika mengikuti jalur tersebut.
Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa dua lajur guiding block yang bermasalah telah dibongkar. Lajur pertama mengarah lurus ke sebuah pohon di tepi sungai, meskipun terdapat pagar besi yang membatasi area tersebut. Sementara itu, lajur kedua yang dibongkar langsung mengarah ke sungai tanpa adanya pagar pengaman sama sekali. Kondisi ini dinilai sangat berbahaya bagi penyandang tunanetra yang mengandalkan guiding block sebagai penunjuk arah.
Warga sekitar menyambut baik langkah pembongkaran guiding block tersebut. Teguh, seorang pengunjung taman, mengungkapkan dukungannya terhadap pembongkaran tersebut. Ia juga menyarankan agar pihak terkait memasang pagar di sepanjang tepi sungai untuk meningkatkan keamanan, terutama bagi anak-anak yang bermain di sekitar area tersebut. Teguh mengaku khawatir anak-anak yang sedang bermain dan berlarian dapat tidak sengaja terjatuh ke sungai. Ia juga berharap agar tidak ada kejadian serupa di masa mendatang.
Nurdin, warga lainnya, juga menyampaikan pendapat serupa. Ia mendukung penuh pembongkaran guiding block yang mengarah ke sungai. Ia berpendapat bahwa kondisi tersebut sangat berbahaya bagi penyandang tunanetra dan langkah pembongkaran adalah tindakan pencegahan yang tepat. Nurdin juga berharap agar pagar besi di sepanjang taman dapat ditambah untuk memberikan perlindungan yang lebih baik, terutama bagi anak-anak yang bermain di dekat sungai.
Keberadaan guiding block yang tidak tepat ini menimbulkan pertanyaan mengenai perencanaan dan pengawasan proyek pembangunan fasilitas publik. Diharapkan kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah daerah untuk lebih berhati-hati dan mempertimbangkan aspek keselamatan dalam setiap proyek pembangunan, terutama yang berkaitan dengan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.
Berikut adalah beberapa poin yang menjadi perhatian dalam kasus ini:
- Keamanan Penyandang Tunanetra: Guiding block seharusnya memberikan panduan yang aman, bukan justru membahayakan.
- Perencanaan dan Pengawasan: Perlu ada evaluasi terhadap proses perencanaan dan pengawasan proyek pembangunan fasilitas publik.
- Respons Cepat Pemerintah: Tindakan cepat pembongkaran menunjukkan responsibilitas pemerintah terhadap keluhan masyarakat.
- Partisipasi Masyarakat: Kritik dari masyarakat, termasuk siswa, berperan penting dalam mengidentifikasi masalah dan mendorong solusi.
- Peningkatan Keamanan: Pemasangan pagar di sepanjang tepi sungai dapat menjadi solusi untuk mencegah kejadian serupa.
Kasus guiding block di Taman Danau Dampelas ini menjadi pengingat bahwa pembangunan fasilitas publik harus dilakukan dengan cermat dan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk keselamatan dan aksesibilitas bagi semua lapisan masyarakat.