Ancaman Gigitan Ular, Masyarakat Baduy Desak Ketersediaan Serum Anti Bisa di Fasilitas Kesehatan Lokal

Masyarakat Baduy Mengkhawatirkan Ancaman Gigitan Ular Berbisa

Masyarakat Baduy, yang hidup berdampingan dengan alam di pedalaman Banten, kembali menyuarakan keprihatinan mereka terkait ancaman gigitan ular berbisa. Minimnya akses terhadap fasilitas kesehatan dan ketersediaan serum anti bisa ular (SABU) menjadi isu krusial yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah. Permintaan ini mencuat dalam acara Seba Baduy, sebuah tradisi tahunan yang mempertemukan masyarakat Baduy dengan pemerintah provinsi.

Kepala Desa Kanekes, Oom, mengungkapkan bahwa kasus gigitan ular di kalangan masyarakat Baduy cukup sering terjadi, bahkan beberapa di antaranya berakibat fatal karena penanganan yang terlambat dan ketiadaan serum penawar bisa. Mengingat aktivitas sehari-hari masyarakat Baduy yang mayoritas bertani di ladang, risiko terpapar ular berbisa sangatlah tinggi. Jarak tempuh dari permukiman Baduy ke fasilitas kesehatan terdekat menjadi kendala utama dalam memberikan pertolongan medis yang cepat dan efektif.

  • Keterbatasan Akses dan Infrastruktur: Jarak dari pemukiman ke fasilitas kesehatan sangat jauh.
  • Transportasi yang Terbatas: Kondisi geografis yang sulit membuat akses transportasi terbatas, seringkali memaksa warga untuk ditandu berkilo-kilometer.
  • Ketersediaan Serum: Ketersediaan SABU di fasilitas kesehatan terdekat sangat minim.

Oleh karena itu, masyarakat Baduy mendesak pemerintah Provinsi Banten untuk menyediakan SABU di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya yang lebih dekat dengan permukiman mereka. Hal ini dianggap sebagai langkah penting untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa akibat gigitan ular berbisa.

Respon Pemerintah Provinsi Banten

Gubernur Banten, Andra Soni, menanggapi serius permintaan masyarakat Baduy tersebut. Ia telah menginstruksikan Kepala Dinas Kesehatan untuk memastikan ketersediaan SABU secara rutin di fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat Baduy. Gubernur menyadari bahwa perlindungan terhadap masyarakat adat yang tinggal di daerah terpencil merupakan prioritas utama pemerintah daerah.

Andra Soni juga menyoroti laporan mengenai kekosongan stok SABU di RSUD Banten. Ia menegaskan bahwa sebagai rumah sakit rujukan utama di provinsi tersebut, RSUD Banten seharusnya memiliki stok obat-obatan yang memadai, termasuk SABU, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pemerintah Provinsi Banten berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat adat Baduy. Penyediaan SABU merupakan salah satu langkah konkret untuk mewujudkan komitmen tersebut.