Rentetan Gempa Guncang Keerom dalam 48 Jam Terakhir, Aktivitas Sesar Aktif Diduga Jadi Pemicu
Kabupaten Keerom, Papua, mengalami serangkaian guncangan gempa bumi yang signifikan dalam kurun waktu 48 jam terakhir. Dua gempa dengan magnitudo yang cukup besar tercatat mengguncang wilayah ini, menimbulkan pertanyaan tentang penyebab di balik aktivitas seismik yang meningkat.
Gempa pertama terjadi pada hari Sabtu, 3 Mei 2025, pukul 14.10 WIT. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa ini memiliki magnitudo 5,6, dengan episenter terletak di darat, sekitar 50 kilometer arah timur laut Keerom, pada kedalaman 10 kilometer. Guncangan ini cukup kuat dirasakan oleh masyarakat setempat dan sekitarnya.
Kurang dari 12 jam kemudian, pada Minggu, 4 Mei 2025, pukul 02.04 WIT, gempa kedua kembali mengguncang Keerom. BMKG mencatat magnitudo gempa ini sebesar 5,1, dengan episenter yang juga berada di darat, sekitar 77 kilometer arah timur laut Keerom, pada kedalaman 41 kilometer. Meski magnitudonya sedikit lebih kecil dari gempa pertama, guncangan ini tetap dirasakan oleh warga.
Guncangan gempa ini tidak hanya dirasakan di Keerom, tetapi juga meluas hingga Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Masyarakat merasakan getaran yang bervariasi, tergantung pada jarak mereka dari pusat gempa. Berdasarkan analisis BMKG, gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas sesar aktif di wilayah tersebut. Sesar aktif merupakan patahan atau retakan di kerak bumi yang masih bergerak dan berpotensi menghasilkan gempa.
Kepala BMKG Wilayah V Jayapura, Yustus Rumakiek, menjelaskan bahwa gempa bumi ini tergolong gempa dangkal karena hiposenternya (pusat gempa di dalam bumi) berada pada kedalaman yang relatif dekat dengan permukaan. Mekanisme sumber gempa menunjukkan pergerakan naik (thrust fault), yang mengindikasikan adanya tekanan dan dorongan antar lempeng bumi di wilayah tersebut.
Gempa bumi ini menimbulkan dampak yang berbeda-beda di berbagai wilayah. Di Keerom, intensitas gempa mencapai skala III-IV MMI (Modified Mercalli Intensity), yang berarti guncangan dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah. Benda-benda seperti gerabah bisa pecah, jendela dan pintu berderit, serta dinding mengeluarkan bunyi. Sementara itu, di Kota Jayapura, intensitas gempa mencapai skala II MMI, yang berarti getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Setelah gempa utama, BMKG mencatat adanya gempa susulan dengan magnitudo 3,9 pada pukul 14.30 WIT dan juga pada pukul 02.30 WIT. Gempa susulan ini umumnya lebih kecil dari gempa utama dan terjadi karena kerak bumi sedang menyesuaikan diri setelah mengalami deformasi akibat gempa utama.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas sumbernya. Meski demikian, masyarakat tetap diminta untuk waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan jika terjadi gempa bumi susulan.
- Skala Intensitas MMI (Modified Mercalli Intensity)
- Skala III-IV MMI: Dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah, beberapa orang di luar rumah, gerabah pecah, jendela dan pintu berderit, dinding berbunyi.
- Skala II MMI: Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.