NTB Berpotensi Jadi Pusat Produksi Garam Nasional Guna Penuhi Kebutuhan Industri

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah menjajaki potensi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai sentra produksi garam nasional. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya mencapai swasembada garam, khususnya untuk memenuhi kebutuhan industri.

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara, telah melakukan peninjauan ke beberapa lokasi potensial di NTB, antara lain di Kabupaten Sumbawa (Desa Labuhan Bontong, Kecamatan Tarano; Desa Sepayung dan Desa Plampang, Kecamatan Plampang) serta di Kabupaten Bima (Desa Donggobolo, Kecamatan Woha).

"NTB, terutama Sumbawa, memiliki lahan yang luas, potensi kualitas produksi yang tinggi, serta dukungan kuat dari masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk mewujudkan swasembada garam," ungkap Koswara, Minggu (4/5/2025).

Untuk mempercepat pencapaian swasembada garam industri, KKP menyiapkan dua strategi utama:

  • Intensifikasi produksi garam rakyat: Peningkatan kualitas garam rakyat agar memenuhi standar industri dengan kandungan NaCl minimal 97%.
  • Pembangunan sentra industri garam terintegrasi: Pengembangan pusat industri garam dari hulu hingga hilir di lokasi-lokasi strategis.

Koswara menjelaskan bahwa Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan garam, dengan defisit sekitar 600 ribu ton untuk industri aneka pangan dan 2,3 juta ton untuk industri kimia (Chlor Alkali Plant) setiap tahunnya. Untuk mengatasi hal ini, KKP menargetkan pembangunan sentra garam nasional seluas minimal 1.000 hektar. Kolaborasi dengan pemerintah daerah akan dilakukan untuk mengkonsolidasikan lahan yang dibutuhkan.

Upaya percepatan program garam nasional ini didukung oleh Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 17 Tahun 2025 yang secara bertahap melarang impor garam untuk sektor industri tertentu. Impor garam untuk pangan dilarang mulai tahun 2025, disusul larangan impor garam industri pada tahun 2027.

Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, menyatakan kesiapan daerahnya untuk menjadi model nasional dalam swasembada garam. "Kami siap dari segi lahan dan kelembagaan, demi kesejahteraan petani garam," tegas Jarot.

Sebelumnya, KKP juga telah mengincar Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai percontohan pengembangan pergaraman. NTT dinilai memiliki iklim panas yang stabil, ideal untuk produksi garam, serupa dengan kondisi di kawasan Dampier, Australia Barat. Bersama tim teknis KKP dan perwakilan PT Garam, peninjauan lokasi telah dilakukan di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Kupang.

Di Sabu Raijua, lokasi yang dikunjungi meliputi Desa Menia (Kecamatan Sabu Barat), Desa Bodae (Sabu Timur), dan Desa Deme (Sabu Liae). Sementara di Kabupaten Kupang, fokus peninjauan berada di Desa Bipoli dan Oetata, Kecamatan Camplong, yang sudah dikelola oleh PT Garam.

"NTT memiliki iklim panas yang stabil, sangat cocok untuk produksi garam. Kondisinya mirip dengan Dampier di Australia Barat. Ini membuat NTT sangat potensial untuk menjadi lokasi modelling tambak garam dengan target produktivitas 200 ton per hektare," terang Koswara di Jakarta, Kamis (24/4/2025).