Minimnya Partisipasi Pria dalam Program KB: Antara Edukasi dan Stigma

Minimnya Partisipasi Pria dalam Program KB: Antara Edukasi dan Stigma

Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia masih didominasi oleh partisipasi wanita, sementara keikutsertaan pria dalam program ini tergolong rendah. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dr. Keven Pratama Manas Tali, SP.OG, mengungkapkan bahwa meskipun KB merupakan tanggung jawab bersama, kesadaran dan partisipasi pria masih jauh dari harapan.

Saat ini, pilihan kontrasepsi untuk pria terbatas pada kondom dan vasektomi. Namun, data menunjukkan bahwa kedua metode ini belum banyak diminati. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat angka yang sangat rendah untuk cakupan vasektomi dan penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi.

Lantas, apa yang menyebabkan rendahnya minat pria terhadap program KB, khususnya vasektomi? dr. Keven Pratama Manas Tali, SP.OG, menjelaskan beberapa faktor utama:

  • Kurangnya Edukasi: Banyak pria belum memahami secara detail mengenai prosedur vasektomi, keamanannya, serta manfaatnya dalam perencanaan keluarga.
  • Stigma Sosial: Di masyarakat, masih ada anggapan bahwa pria yang menggunakan kontrasepsi dianggap kurang maskulin atau tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku.
  • Miskonsepsi: Vasektomi seringkali disalahartikan sebagai tindakan yang dapat menyebabkan impoten atau menurunkan gairah seksual. Padahal, vasektomi hanya memutus saluran sperma dan tidak memengaruhi produksi hormon testosteron yang berperan dalam fungsi seksual pria.

Vasektomi: Kontrasepsi Aman dan Efektif untuk Pria

Vasektomi adalah prosedur kontrasepsi permanen untuk pria yang dilakukan dengan memutus saluran vas deferens, yaitu saluran yang membawa sperma dari testis menuju uretra. Prosedur ini mencegah sperma bercampur dengan air mani saat ejakulasi, sehingga tidak terjadi pembuahan.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, vasektomi termasuk operasi kecil yang hanya memerlukan sayatan kecil di kantong zakar. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan bius lokal dan hanya membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit. Setelah vasektomi, pasien dapat langsung pulang dan disarankan untuk beristirahat selama 1-2 hari, serta menghindari aktivitas berat selama satu bulan.

Efektivitas vasektomi sebagai metode kontrasepsi mencapai 99%. Namun, untuk memastikan tidak ada lagi sperma dalam air mani, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan setelah prosedur. Selama periode ini, disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi lain jika berhubungan seksual.

Dengan memberikan informasi yang akurat dan menghilangkan stigma negatif, diharapkan partisipasi pria dalam program KB dapat meningkat, sehingga tercipta perencanaan keluarga yang lebih baik dan berkualitas.