Terisolasi Akibat Pendangkalan, Petani Enggano Terpaksa Buang Hasil Panen ke Laut

Pulau Enggano, yang terletak di Kabupaten Bengkulu Utara, tengah menghadapi krisis akibat terganggunya jalur transportasi laut. Pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu menjadi penyebab utama isolasi ini, berdampak langsung pada kehidupan para petani di pulau tersebut.

Kondisi ini memaksa para petani membuang hasil panen pisang mereka ke laut. Kepala Desa Kaana, Alamudin, menjelaskan bahwa kesulitan transportasi membuat hasil panen tidak dapat diangkut dan dijual. Pemandangan memilukan terlihat di Pelabuhan Kahyapu, Pulau Enggano, di mana tumpukan pisang terbuang percuma.

Sejak pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai semakin parah, kapal pengangkut penumpang dan barang menjadi terhambat. Akibatnya, hasil bumi seperti pisang dan ikan tidak dapat didistribusikan ke luar pulau. Warga yang ingin membawa hasil bumi ke Bengkulu terpaksa mengandalkan kapal nelayan, namun kapasitas yang terbatas tidak mampu menampung seluruh hasil panen.

Keterbatasan ini memaksa petani untuk mengambil keputusan sulit. Pisang yang tidak dapat diangkut dan tidak mungkin ditinggalkan di pelabuhan karena dianggap mengotori lingkungan, akhirnya dibuang ke laut. Alternatif lain yang diambil adalah memberikan pisang yang menumpuk sebagai makanan ternak.

Di tengah kesulitan ini, harapan muncul dari upaya kepala desa untuk menyampaikan permasalahan ini langsung kepada Presiden. Sejumlah organisasi kepala desa yang tergabung dalam Desa Bersatu dijadwalkan bertemu Presiden Prabowo Subianto untuk membahas kondisi di Enggano. Alamudin sendiri tidak dapat ikut serta karena terkendala transportasi.

Melalui perwakilan Desa Bersatu, Alamudin menitipkan pesan agar penderitaan sekitar 4.000 warga Enggano dapat sampai ke telinga Presiden. Isolasi ini telah berlangsung selama sebulan terakhir, dipicu oleh pendangkalan alur Pulau Baai yang menghambat operasional kapal Ferry Pulo Tello, satu-satunya sarana transportasi utama ke Pulau Enggano.

Tidak hanya transportasi penumpang dan hasil bumi, pendangkalan ini juga berdampak pada pengiriman sembako dan bahan bakar minyak (BBM) oleh Pertamina. Kondisi ini semakin memperburuk situasi di Pulau Enggano, mengancam ketersediaan kebutuhan pokok dan stabilitas ekonomi masyarakat.

Sebagai respons terhadap krisis ini, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Persero terus berupaya mempercepat pengerukan alur pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai. Penambahan kapal keruk berukuran besar diharapkan dapat mempercepat proses pengerukan dan memulihkan kembali aksesibilitas pelabuhan.

Menurut General Manager Pelindo Regional 2 Bengkulu, S. Joko, pengerukan telah dilakukan sejak awal April dengan mengerahkan berbagai alat berat, termasuk ekskavator, kapal keruk, wheel loader, dan dump truck. Pelindo juga mendatangkan kapal keruk yang lebih besar untuk mempercepat pengerukan, yang diharapkan mulai beroperasi pada Mei 2025.

Upaya pengerukan ini diharapkan dapat segera mengatasi masalah pendangkalan dan memulihkan kembali jalur transportasi laut ke Pulau Enggano. Dengan terbukanya akses transportasi, diharapkan para petani dapat kembali menjual hasil panen mereka dan kehidupan ekonomi masyarakat Enggano dapat kembali нормаль.

Dampak Isolasi:

  • Kerugian ekonomi bagi petani akibat hasil panen terbuang.
  • Keterbatasan akses terhadap kebutuhan pokok dan BBM.
  • Terhambatnya aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
  • Potensi krisis pangan dan kesehatan.

Upaya Penanganan:

  • Pengerukan alur pelayaran oleh Pelindo.
  • Penyampaian aspirasi warga Enggano kepada Presiden.
  • Pencarian solusi alternatif untuk mengatasi masalah transportasi.
  • Bantuan dari pemerintah dan pihak terkait untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.

Kondisi Pulau Enggano saat ini menjadi perhatian serius dan membutuhkan penanganan cepat dan efektif dari pemerintah dan pihak terkait. Pemulihan akses transportasi laut menjadi kunci utama untuk mengatasi isolasi dan memulihkan kehidupan ekonomi masyarakat Enggano.