Ketimpangan Konsumsi di Indonesia Meningkat Pasca Pandemi: Kelas Menengah Paling Terdampak
Pasca pandemi COVID-19, pemulihan ekonomi di Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, terutama bagi kelompok kelas menengah. Sebuah laporan dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) menyoroti adanya ketidakmerataan dalam pemulihan konsumsi rumah tangga, dimana kelas menengah menjadi kelompok yang paling dirugikan.
Laporan bertajuk Indonesia Economic Outlook Kuartal II-2025 tersebut mengungkapkan bahwa distribusi konsumsi rumah tangga mengalami perubahan signifikan antara tahun 2000 hingga 2023. Sebelum pandemi, kelompok 20% terkaya telah mengalami peningkatan pangsa konsumsi, sementara kelompok 60% menengah justru kehilangan pangsa konsumsi yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok 20% termiskin. Tren ini semakin diperparah saat pandemi melanda.
Berikut adalah rincian perubahan pangsa konsumsi berdasarkan kelompok pendapatan:
- Sebelum Pandemi (2000-2019):
- 20% Terkaya: Meningkat 3,26 poin persentase
- 60% Menengah: Menurun 1,66 poin persentase
- 20% Termiskin: Menurun 1,60 poin persentase
- Masa Pandemi (2019-2021):
- 60% Menengah: Kembali Menurun 0,09 poin persentase
- 1% Terkaya: Menurun 0,25 poin persentase
- Pasca Pandemi (2022-2023):
- 20% Terkaya: Meningkat 1,09 poin persentase
- 20% Termiskin: Meningkat 0,21 poin persentase
- 60% Menengah: Kembali Menurun 1,30 poin persentase
Dari data di atas, terlihat jelas bahwa pemulihan ekonomi pasca pandemi tidak dinikmati secara merata. Kelompok 20% terbawah memang mencatatkan kenaikan pangsa konsumsi, namun kelompok 20% teratas mengalami rebound yang jauh lebih kuat, sementara kelompok 60% menengah terus mengalami penyusutan.
Menurut LPEM FEB UI, hilangnya porsi konsumsi di kelompok menengah ini mencerminkan rapuhnya fondasi pemulihan ekonomi dan menjadi penyebab utama kenaikan ketimpangan yang terjadi secara perlahan namun pasti. Indeks Gini, yang merupakan ukuran ketimpangan pendapatan, meningkat dari 35,3 pada tahun 2020 menjadi 36,1 pada tahun 2023. Meskipun kenaikannya terlihat kecil, namun hal ini mengindikasikan adanya tekanan ekonomi yang mendalam, terutama bagi kelas menengah yang semakin terpinggirkan dalam proses pemulihan ekonomi pasca pandemi.