Hashima: Menjelajahi Kota Hantu Bekas Tambang Batu Bara di Nagasaki
Hashima: Menjelajahi Kota Hantu Bekas Tambang Batu Bara di Nagasaki
Terletak di lepas pantai Nagasaki, Jepang, Pulau Hashima, atau yang lebih dikenal dengan nama Gunkanjima (Pulau Kapal Perang), menyimpan sejarah kelam sekaligus pesona yang memikat. Dijuluki demikian karena bentuknya yang menyerupai kapal perang, pulau ini dulunya merupakan pusat pertambangan batu bara yang ramai, namun kini menjadi kota hantu yang ditinggalkan.
Masa Kejayaan dan Keruntuhan
Sejarah Gunkanjima dimulai pada akhir abad ke-19 ketika deposit batu bara ditemukan di pulau tersebut. Mitsubishi mengakuisisi pulau itu pada tahun 1890 dan mulai mengembangkan tambang bawah laut. Untuk mengakomodasi para pekerja tambang dan keluarga mereka, dibangunlah kompleks apartemen, sekolah, rumah sakit, toko, dan fasilitas lainnya di atas lahan yang sangat terbatas.
Pada puncak kejayaannya di tahun 1959, pulau ini dihuni oleh lebih dari 5.000 orang, menjadikannya salah satu tempat terpadat di dunia. Namun, seiring dengan beralihnya sumber energi Jepang dari batu bara ke minyak bumi, permintaan akan batu bara menurun drastis. Pada tahun 1974, tambang batu bara di Gunkanjima ditutup, dan seluruh penduduknya dievakuasi. Pulau itu pun ditinggalkan, menjadi saksi bisu kejayaan industri batu bara Jepang.
Warisan Dunia UNESCO dan Inspirasi Budaya
Selama bertahun-tahun, Gunkanjima dibiarkan terbengkalai dan hanya bisa diakses oleh para peneliti dan fotografer. Bangunan-bangunan beton yang rusak dan berkarat menjadi simbol kehancuran dan pelapukan. Namun, keunikan dan nilai sejarah pulau ini akhirnya diakui oleh UNESCO, yang menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 2015 sebagai bagian dari "Situs Revolusi Industri Meiji Jepang".
Selain nilai sejarahnya, Gunkanjima juga telah menjadi inspirasi bagi berbagai karya budaya populer. Pulau ini digunakan sebagai lokasi syuting film James Bond "Skyfall" (2012) sebagai latar belakang "Kota Mati". Penggemar anime dan manga mungkin mengenalinya sebagai lokasi dalam film live-action "Attack on Titan" (2015). Pada tahun 2024, latar pulau ini digunakan dalam drama televisi Jepang, "The Sleeping Diamond in the Sea", yang mengisahkan masa-masa keemasan ekonominya.
Mengunjungi Gunkanjima
Saat ini, Gunkanjima telah dibuka untuk umum dan menjadi tujuan wisata populer. Tur berpemandu memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi sebagian kecil dari pulau tersebut dan melihat sisa-sisa bangunan dan fasilitas yang dulu pernah menjadi rumah bagi ribuan orang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengunjungi Gunkanjima:
- Pakaian dan Alas Kaki yang Tepat: Kenakan sepatu yang nyaman dan bersol datar, seperti sepatu kets. Hindari sepatu hak tinggi atau sandal.
- Perlindungan dari Cuaca: Bawa topi dan jas hujan, karena tidak ada tempat berteduh di pulau dan cuaca bisa berubah dengan cepat. Dilarang menggunakan payung.
- Fasilitas Terbatas: Tidak ada toilet atau toko di pulau, jadi pastikan untuk buang air kecil sebelum berangkat dan membawa minuman yang cukup.
- Kondisi Laut: Tur dapat dibatalkan jika kondisi laut tidak memungkinkan.
Menapaki Jejak Masa Lalu
Tur ke Gunkanjima menawarkan kesempatan unik untuk menapaki jejak masa lalu dan merasakan bagaimana kehidupan di pulau tambang batu bara yang terpencil ini. Anda dapat melihat sisa-sisa apartemen, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas lainnya, serta mendengar kisah-kisah tentang orang-orang yang pernah tinggal dan bekerja di sana.
Perjalanan menuju Gunkanjima sendiri merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Selama 40 menit perjalanan dengan kapal, penumpang bisa melihat sekilas fasilitas Galangan Kapal Mitsubishi Heavy Industries Nagasaki yang tertutup untuk umum, termasuk derek listrik tertua Jepang (1909) dan aula resepsi gaya Barat (1904). Kapal juga akan melintasi Pulau Takashima, pulau lain yang dulu tambangnya ikut dikembangkan oleh Thomas Glover.
Setibanya di Gunkanjima, Anda akan disambut oleh tembok laut dari batu era Meiji yang diperkuat beton setinggi 15 meter. Tembok dan lubang tambang sedalam 1.000 meter di bawah laut inilah yang menjadi zona penyangga situs Warisan Dunia ini. Tur di daratan pulau biasanya berlangsung 40-50 menit. Anda akan berjalan kaki sekitar 220 meter menyusuri area bekas fasilitas pertambangan bersama pemandu wisata.
Anda dapat melihat pintu masuk lubang tambang utama yang dulu dilengkapi lift pengangkut penambang untuk turun 600 meter. Ada pula bekas kantor utama yang memiliki pemandian umum bagi para penambang dan Blok Apartemen 30. Bangunan ini merupakan apartemen beton bertulang tertua di Jepang, tetapi kini kondisinya sangat lapuk dan rawan runtuh.
Area bekas pemukiman penduduk terlarang untuk dimasuki karena risiko bangunan runtuh.
Meskipun sebagian besar pulau tidak dapat diakses karena alasan keamanan, kunjungan ke Gunkanjima tetap menjadi pengalaman yang mendalam dan menggugah pikiran. Ini adalah pengingat akan masa lalu industri Jepang dan kehidupan orang-orang yang bekerja keras untuk membangun negara tersebut.