Evaluasi CFD Perdana di Depok: Kemacetan Mengular dan Keluhan Pungutan Liar Mewarnai
Evaluasi CFD Perdana di Depok: Kemacetan Mengular dan Keluhan Pungutan Liar Mewarnai
Perhelatan car free day (CFD) pertama di Kota Depok, Jawa Barat, pada Minggu, 4 Mei 2025, meninggalkan sejumlah catatan penting bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Depok. Selain antusiasme warga yang tinggi, pelaksanaan CFD perdana ini juga diwarnai dengan kemacetan lalu lintas yang signifikan dan keluhan dari pedagang kaki lima (PKL) terkait dugaan pungutan liar (pungli).
Kemacetan Lalu Lintas
Salah satu tujuan utama CFD adalah menyediakan ruang publik bebas kendaraan bermotor. Namun, pada pelaksanaannya di Depok, terjadi kemacetan di ruas Jalan Margonda Raya menuju Jalan Dahlia. Penutupan sebagian jalan utama menyebabkan antrean kendaraan yang cukup panjang, bahkan hingga mencapai depan D’mall Depok dan ITC Depok.
Beberapa warga mengungkapkan kekecewaannya terkait kemacetan ini. Maya, seorang warga Pancoran Mas, menuturkan bahwa meskipun CFD memberikan suasana yang ramai dan banyak kegiatan, namun kemacetan menjadi masalah tersendiri, terutama bagi mereka yang tidak mengetahui adanya penutupan jalan. Reno, warga Kukusan, menyoroti persiapan rekayasa lalu lintas yang dinilai belum matang. Ia menyebutkan bahwa banyak pengendara yang kebingungan mencari jalur alternatif akibat penutupan jalan, sehingga menyebabkan kemacetan yang panjang hingga ke arah Juanda.
Wakasat Lantas Polres Metro Depok, Kompol Yayat Supriyatno, mengakui adanya kemacetan sebagai dampak dari penyelenggaraan CFD. Ia menjelaskan bahwa kemacetan tidak terhindarkan mengingat lokasi CFD yang berada di pusat Kota Depok. Walikota Depok, Supian Suri, menyampaikan permohonan maaf kepada warga atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat kemacetan tersebut.
Keluhan Pungutan Liar
Selain masalah kemacetan, sejumlah PKL yang berjualan di area CFD juga mengeluhkan adanya dugaan pungutan liar. Ahmad, seorang pedagang minuman, mengaku dimintai uang sebesar Rp 20.000 oleh seseorang yang mengaku sebagai anggota karang taruna dengan alasan untuk kebersihan dan keamanan. Ia menambahkan bahwa jika tidak memberikan uang, namanya akan dicatat.
Sari, seorang penjual makanan ringan, menyayangkan kurangnya pengawasan dari Pemkot Depok terkait praktik pungli ini. Ia berharap Pemkot Depok dapat menertibkan dan memberikan informasi yang jelas mengenai larangan pungutan liar selama CFD. Sri Wahyuni, pedagang minuman di depan Mall ITC Depok, juga mengaku dimintai iuran kebersihan oleh seseorang yang tidak jelas identitasnya. Ia berharap agar ke depannya dapat terjalin kerjasama yang baik dengan petugas tanpa adanya pungutan liar.
Para pedagang mengeluhkan bahwa pungutan liar ini mengurangi keuntungan mereka, terutama karena mereka hanya berjualan minuman atau makanan ringan dengan keuntungan yang tidak seberapa. Hingga saat ini, Pemkot Depok belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan pungutan liar yang terjadi di area CFD.
Antusiasme Warga
Terlepas dari kekurangan yang ada, CFD perdana di Depok disambut dengan antusiasme yang tinggi oleh warga. Sejak pukul 05.30 WIB, masyarakat Kota Depok sudah mulai memadati Jalan Margonda Raya. Mereka datang dengan berbagai aktivitas, mulai dari berolahraga, bersepeda, hingga sekadar berjalan santai bersama keluarga.
Rahma, seorang warga Beji, mengungkapkan kegembiraannya atas adanya CFD di Depok. Ia menilai bahwa CFD memberikan kesempatan bagi keluarga untuk berkumpul, berolahraga, dan menikmati udara pagi yang segar. Dara, warga lainnya, juga merasa senang karena Kota Depok akhirnya memiliki kegiatan CFD. Ia mengatakan bahwa dengan adanya CFD, ia dapat berolahraga dengan lebih leluasa dan aman karena jalan ditutup dari kendaraan bermotor.
- Daftar keluhan PKL
- Pungutan liar oleh oknum yang mengaku anggota karang taruna
- Kurangnya pengawasan dari Pemkot Depok terkait praktik pungli
- Pungutan liar mengurangi keuntungan pedagang