CFD Perdana di Depok: Antusiasme Warga Tercoreng Pungutan Liar dan Kemacetan
Evaluasi CFD Perdana di Depok: Antara Kebahagiaan Warga dan Keluhan Pedagang
Penyelenggaraan Car Free Day (CFD) perdana di Kota Depok, Jawa Barat, pada hari Minggu, menjadi sorotan dengan berbagai catatan yang perlu dievaluasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Depok. Meskipun disambut antusias oleh masyarakat, pelaksanaan CFD ini tidak luput dari masalah kemacetan dan dugaan praktik pungutan liar (pungli) yang meresahkan para pedagang kaki lima (PKL).
Kemacetan Mengular: Dampak Penutupan Jalan Margonda
Tujuan awal CFD adalah menciptakan ruang publik yang bebas dari kendaraan bermotor, namun ironisnya, penutupan sebagian Jalan Margonda Raya justru memicu kemacetan parah. Arus lalu lintas dari Jalan Margonda menuju Jalan Dahlia tersendat, dengan antrean kendaraan mengular hingga depan D’mall Depok dan ITC Depok. Warga seperti Maya, mengungkapkan kekecewaannya karena kemacetan tersebut mengganggu aktivitasnya. Reno, warga lainnya, menyoroti kurangnya persiapan dalam rekayasa lalu lintas, mengakibatkan kebingungan bagi pengendara dan memperpanjang rute perjalanan.
Wakasat Lantas Polres Metro Depok, Kompol Yayat Supriyatno, mengakui adanya kemacetan sebagai konsekuensi dari penutupan jalan di pusat kota. Sementara itu, Wali Kota Depok, Supian Suri, menyampaikan permohonan maaf kepada warga atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat kemacetan tersebut.
Pungutan Liar Hantui PKL
Selain masalah kemacetan, keluhan juga datang dari para PKL yang berjualan di area CFD. Mereka mengaku resah dengan adanya pungutan liar yang dilakukan oleh oknum yang mengaku sebagai anggota karang taruna. Ahmad, seorang pedagang minuman, mengungkapkan bahwa ia dimintai uang dengan alasan kebersihan dan keamanan. Sari, seorang penjual makanan ringan, menyayangkan minimnya pengawasan dari Pemkot Depok terhadap praktik pungli ini.
Sri Wahyuni, pedagang minuman lainnya, juga mengalami hal serupa. Ia dimintai iuran kebersihan oleh seseorang yang tidak jelas identitasnya. Para pedagang berharap Pemkot Depok dapat menertibkan dan mengawasi kegiatan CFD agar tidak ada lagi praktik pungutan liar yang merugikan mereka.
Antusiasme Warga di Tengah Persoalan
Terlepas dari berbagai kekurangan yang ada, CFD perdana di Depok tetap disambut dengan antusiasme oleh warga. Sejak pagi hari, masyarakat telah memadati Jalan Margonda Raya untuk berolahraga, bersepeda, atau sekadar berjalan santai bersama keluarga. Rahma, seorang warga Beji, merasa senang dengan adanya CFD karena memberikan kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga dan menikmati udara pagi yang segar. Dara, warga lainnya, juga mengungkapkan kegembiraannya karena Depok akhirnya memiliki kegiatan CFD yang memungkinkan dirinya untuk berolahraga dengan lebih leluasa dan aman.
Hal yang perlu dievaluasi dan ditingkatkan:
- Rekayasa lalu lintas yang lebih matang untuk menghindari kemacetan.
- Pengawasan yang ketat terhadap praktik pungutan liar.
- Sosialisasi yang lebih luas kepada masyarakat terkait penutupan jalan dan rute alternatif.
- Koordinasi yang lebih baik antara Pemkot Depok, kepolisian, dan organisasi masyarakat.
Dengan evaluasi dan perbaikan yang tepat, diharapkan CFD di Depok dapat menjadi kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan bagi seluruh warga, tanpa menimbulkan masalah kemacetan dan pungutan liar.