Dedi Mulyadi Soroti Kenakalan Remaja Terorganisir: Pembinaan di Barak Militer Jadi Solusi?
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai peningkatan kenakalan remaja yang dianggapnya bukan lagi sekadar kenakalan biasa. Menurutnya, fenomena ini telah berkembang menjadi masalah sistemik yang terorganisir, terencana, dan terprogram dengan baik. Dedi menyoroti bahwa gerakan ini dijalankan melalui dua cara utama.
- Pertama, melalui pengorganisasian yang sering kali dipengaruhi oleh fanatisme di lingkungan sekolah atau perkumpulan tertentu.
- Kedua, melalui kekuatan media sosial, di mana para remaja menemukan tutorial atau panduan untuk menjadi bagian dari kelompok yang menyimpang.
"Masalah utama adalah mereka sangat memahami bahwa anak-anak di bawah umur tidak dapat diproses secara pidana umum, melainkan melalui proses pidana anak yang bersifat pembinaan," ujar Dedi, menekankan adanya celah hukum yang dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok ini.
Menurut Dedi, sistem pembinaan anak saat ini masih belum memadai. Kurangnya fasilitas dan tempat yang layak untuk menampung anak-anak yang berhadapan dengan hukum memaksa pihak kepolisian untuk menempatkan mereka di kantor polisi, mengingat anak-anak di bawah umur tidak dapat ditempatkan di sel tahanan biasa.
"Mereka tahu bahwa ini adalah celah hukum, sehingga yang dibina ini rata-rata anak-anak di bawah umur, di bawah usia 18. Tujuannya untuk menghindari hukum," tegasnya. Langkah-langkah konvensional yang selama ini dilakukan, seperti proses peradilan anak yang tertutup dan penempatan di tempat penitipan anak nakal di Bogor, dinilai tidak efektif. Selain itu, penyelesaian masalah hukum yang melibatkan anak melalui proses kekeluargaan juga sering kali tidak memberikan solusi jangka panjang.
Dedi Mulyadi mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kasus-kasus kriminal yang melibatkan remaja, seperti penganiayaan dan bahkan pembunuhan, semakin sering terjadi dan bahkan direkam serta diposting di media sosial. Ia menekankan bahwa situasi ini tidak dapat dibiarkan dan memerlukan tindakan nyata, termasuk pendisiplinan yang sedang diupayakan, seperti penempatan siswa di barak militer.
Selain itu, Dedi juga menekankan pentingnya mengoptimalkan tim siber untuk mengidentifikasi dan membubarkan organisasi-organisasi yang memengaruhi kenakalan remaja. Ia menyerukan agar tim siber dapat memantau rencana dan arah gerakan kelompok-kelompok ini, serta mematikan sistem media sosial yang mereka gunakan untuk membangun kekuatan.
Dedi menjelaskan bahwa kenakalan remaja saat ini terkait dengan jaringan online dan kejahatan di media sosial yang bertujuan untuk melemahkan generasi bangsa dalam jangka panjang. Ia menganggap ini sebagai ancaman serius bagi kelangsungan Indonesia di masa depan.
"Menangani kenakalan anak-anak remaja bukan hanya menangani kenakalan seperti zaman dulu, tahun 80-an. Tapi hari ini sudah memahami bahwa ini bagian dari upaya sistemik untuk melemahkan generasi Indonesia, dan terkait bisnis ilegal yang ada menggunakan perangkat medsos, dan ini bukan persoalan kenakalan remaja biasa, ini persoalan ketahanan bangsa," beber Dedi.
Oleh karena itu, Dedi Mulyadi mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah ini secara komprehensif tanpa saling menyalahkan.