Ancaman Rusia Meningkat, Norwegia Aktifkan Kembali Fasilitas Militer Era Perang Dingin
Norwegia Siaga: Aktifkan Kembali Bunker Perang Dingin di Tengah Ketegangan dengan Rusia
Di tengah meningkatnya kekhawatiran global terkait keamanan dan eskalasi ketegangan geopolitik, Norwegia mengambil langkah signifikan dengan mengaktifkan kembali sejumlah fasilitas militer peninggalan Perang Dingin. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap dinamika keamanan yang berubah, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dan potensi ancaman dari Rusia.
Norwegia, dengan wilayahnya yang strategis berbatasan langsung dengan Rusia di wilayah Arktik, memiliki sejarah panjang membangun infrastruktur pertahanan yang kuat. Selama era Perang Dingin, negara ini membangun ribuan bunker bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi personel militer dan aset strategis. Beberapa fasilitas ini bahkan dirancang sebagai pangkalan rahasia yang luas untuk pesawat tempur dan kapal selam.
Salah satu fasilitas yang diaktifkan kembali adalah hanggar di Pangkalan Udara Bardufoss, yang terletak di dekat Lingkaran Arktik. Hanggar ini, yang pertama kali dibuka pada tahun 1938, memiliki sejarah panjang dalam pertahanan Norwegia. Sempat digunakan oleh pesawat tempur Jerman selama Perang Dunia II untuk melindungi kapal perang Tirpitz, hanggar ini kemudian dimanfaatkan oleh Angkatan Udara Kerajaan Norwegia untuk melindungi pesawat dari potensi serangan Soviet. Dengan fasilitas penyimpanan bahan bakar, persenjataan, dan area pemeliharaan pesawat, hanggar ini dirancang untuk mendukung operasi pesawat tempur dalam jangka waktu yang lama. Pengaktifan kembali pangkalan udara ini akan membantu ketahanan dan kemampuan pesawat F-35 Norwegia dalam menghadapi potensi serangan.
Selain itu, pangkalan angkatan laut Olavsvern, yang terletak strategis di dekat pertemuan Laut Norwegia dan Laut Barents, juga kembali diaktifkan. Pangkalan ini, yang dibangun secara bertahap sejak tahun 1950-an sebagai respons terhadap peningkatan kekuatan Armada Utara Soviet, dirancang untuk menjadi "perangkap beruang" bagi kapal selam dan kapal perang Rusia yang berlayar ke Atlantik. Meskipun sempat dijual kepada investor swasta pada tahun 2013, sebagian besar perusahaan tersebut kini telah dibeli oleh WilNor Governmental Services, yang memiliki hubungan dekat dengan militer Norwegia. Hal ini memungkinkan peningkatan kehadiran militer di pangkalan dan potensi penggunaan oleh Angkatan Laut AS.
Langkah-langkah ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran Norwegia terkait keamanan, yang telah ada sejak pertengahan tahun 2000-an seiring dengan peningkatan investasi Rusia di Armada Utara, dimulainya kembali latihan militer di Arktik, dan meningkatnya minat Rusia dalam eksploitasi sumber daya Arktik.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Norwegia menganggap penting untuk mengaktifkan kembali fasilitas-fasilitas ini:
- Lokasi Strategis: Norwegia berbatasan langsung dengan Rusia di wilayah Arktik, menjadikannya wilayah penting untuk memantau dan merespons aktivitas militer Rusia.
- Ancaman yang Berkembang: Peningkatan investasi Rusia di Armada Utara dan aktivitas militer di Arktik telah meningkatkan kekhawatiran Norwegia terkait keamanan.
- Perlindungan Aset Militer: Bunker dan pangkalan bawah tanah memberikan perlindungan yang signifikan terhadap serangan udara dan darat, memastikan bahwa aset militer Norwegia dapat bertahan dalam situasi konflik.
- Kemampuan Bertahan: Fasilitas-fasilitas ini dirancang untuk mendukung operasi militer dalam jangka waktu yang lama, dengan fasilitas penyimpanan bahan bakar, persenjataan, dan pemeliharaan.
- Kerentanan Pesawat Tempur di Darat: Invasi Rusia ke Ukraina menunjukkan betapa rentannya pesawat militer mahal saat berada di darat. Fasilitas-fasilitas ini memberikan perlindungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa pesawat tempur Norwegia tetap aman.
Norwegia bukan satu-satunya negara yang mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pertahanannya di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik. Rusia sendiri telah mengaktifkan kembali sekitar 50 pangkalan Perang Dingin di seluruh Arktik, sementara Swedia telah kembali ke pangkalan angkatan laut bawah tanahnya di Pulau Musk. Negara-negara lain, seperti China dan Iran, juga telah membangun struktur bawah tanah baru untuk melindungi aset militer mereka.
Dengan mengaktifkan kembali fasilitas militer peninggalan Perang Dingin, Norwegia mengirimkan pesan yang jelas bahwa mereka siap untuk mempertahankan wilayahnya dan melindungi kepentingannya di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia. Langkah ini juga mencerminkan kesadaran yang berkembang di antara negara-negara di seluruh dunia tentang pentingnya memiliki infrastruktur pertahanan yang kuat dan tangguh dalam menghadapi ancaman yang berkembang.