Komika Ryan Adriandhy Ungkap Perjuangan Masa Kecil Melawan ADHD dan Dampak Bullying
Ryan Adriandhy, seorang komika ternama, membuka diri tentang pengalaman masa kecilnya yang penuh tantangan. Ia didiagnosis dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) saat masih duduk di bangku sekolah. Kondisi ini membuatnya kesulitan untuk fokus dalam belajar dan seringkali merasa gelisah di kelas.
"Waktu sekolah, aku sulit sekali fokus. Ketertarikanku mudah sekali berpindah-pindah," ungkap Ryan. ADHD menyebabkan ia lebih sering menggambar atau mengobrol saat pelajaran berlangsung. Namun, di balik kesulitan itu, Ryan menyadari bahwa ia memiliki banyak cerita di kepalanya.
Selain berjuang dengan ADHD, Ryan juga menjadi korban bullying di sekolah dasar. Ejekan verbal ia terima karena perubahan fisik yang dialaminya lebih awal dibandingkan teman-temannya. "Dulu aku puber lebih awal. Di angkatanku, aku duluan yang tumbuh kumis tipis. Jadi, aku diejek karena terlihat lebih tua," kenangnya.
Mencari cara untuk memahami kondisinya, Ryan akhirnya berkonsultasi dengan seorang profesional. Alih-alih merasa terpuruk, ia justru mendapatkan perspektif baru. "Aku diajak 'berkenalan' dengan ADHD-ku. Aku diberi tahu bahwa ini sebenarnya bisa menjadi kekuatan dan keunggulan jika aku bisa mengendalikannya," jelas pria berusia 34 tahun ini.
Kini, Ryan melihat ADHD sebagai bagian dari identitas kreatifnya. Kondisi tersebut justru memotivasinya untuk menjadi seorang komika dan terlibat dalam pembuatan film. "Sekarang aku sudah tahu bahwa aku memiliki ADHD, dan aku tahu bagaimana mengarahkannya ke hal yang positif," ujarnya.
Ryan juga mengungkapkan bahwa pengalamannya di masa kecil turut memengaruhi proses kreatifnya dalam pembuatan film animasi Jumbo. Menurutnya, ADHD justru menjadi pelengkap yang membantunya untuk tetap fokus dan produktif selama proses produksi yang panjang dan kompleks. "Film animasi itu pindah-pindah fase, ada proses rekaman suara, ada proses gambar storyboard, ada proses bikin animasinya, ada proses render-nya. Jadi, nggak monoton kerjanya, mungkin itu jadi tempatku yang lebih cocok," pungkas Ryan.