Pengabdian Polwan di Perbatasan: Ipda Ristiani Dirikan Panti Asuhan dan PAUD Gratis di Belu

Di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, tepatnya di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, seorang polisi wanita (Polwan) menunjukkan dedikasi luar biasa. Ipda Ristiani Densy Doko, bersama suaminya Aipda Nikodemus Dubu, mendirikan Yayasan Gracia Hati Mulia yang menaungi panti asuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gratis bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Kisah inspiratif ini bermula dari pengalaman pribadi Ipda Ristiani yang sempat divonis sulit sembuh dari sakitnya. Pengalaman tersebut membuka mata Ipda Ristiani dan suami untuk lebih peduli terhadap sesama. Tergerak untuk berbagi, mereka bertekad mendirikan yayasan sebagai wujud syukur jika diberikan kesempatan untuk hidup. Pada tahun 2019, setelah kondisi kesehatannya membaik, niat itu diwujudkan dengan mendirikan Yayasan Gracia Hati Mulia.

Saat ini, Panti Asuhan Gracia Hati Mulia menjadi rumah bagi 13 anak yatim piatu dan kurang mampu, serta memberikan santunan bulanan kepada 54 anak lainnya yang tinggal bersama keluarga mereka. Selain itu, Ipda Ristiani juga mengelola PAUD gratis yang memberikan pendidikan berkualitas bagi lebih dari 90 siswa.

PAUD ini didirikan karena Ipda Ristiani melihat banyak anak-anak di Atambua Selatan yang tidak dapat mengenyam pendidikan akibat keterbatasan ekonomi keluarga. Dengan adanya PAUD gratis ini, anak-anak tersebut memiliki kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri tanpa membebani orang tua mereka. Semua kebutuhan sekolah, mulai dari seragam hingga buku tulis, disediakan secara cuma-cuma.

Ipda Ristiani dan suami membiayai operasional yayasan dan PAUD dari sebagian gaji mereka sebagai anggota Polri dan hasil usaha kos-kosan. Mereka tidak mengharapkan bantuan dari donatur tetap, namun sesekali menerima uluran tangan dari rekan-rekan polisi di Polres Belu yang terinspirasi oleh dedikasi mereka.

Salah seorang guru PAUD Elshaddai, Rulyin Vinelsye Djami, mengapresiasi kedermawanan Ipda Ristiani dan mengusulkannya sebagai kandidat Hoegeng Awards 2025. Rulyin menilai Ipda Ristiani sebagai sosok polisi yang bertanggung jawab, rendah hati, dan peduli terhadap sesama.

Ipda Ristiani berharap apa yang dilakukannya dapat menginspirasi lebih banyak orang, khususnya para anggota Polri, untuk turut berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di wilayah-wilayah perbatasan. Ia juga berharap anak-anak di Belu mendapatkan pendidikan yang layak dan memiliki masa depan yang cerah, sehingga tidak tertinggal dari anak-anak di daerah lain.

Berikut rincian biaya yang dikeluarkan Ipda Ristiani untuk operasional PAUD:

  • Seragam sekolah: Rp 12 - 13 juta per semester
  • Buku tulis dan buku bacaan: Rp 8 juta per semester

Ipda Ristiani juga memberikan tambahan insentif kepada para guru PAUD, selain insentif yang mereka terima dari dinas pendidikan.

Dedikasi Ipda Ristiani dalam membantu sesama adalah contoh nyata bahwa kebaikan dapat datang dari mana saja, bahkan dari seorang abdi negara yang bertugas di wilayah perbatasan.