Tragedi di Tol Belmera: Remaja Tewas Akibat Tembakan Pejabat Kepolisian

Insiden tragis menimpa seorang remaja di Medan, Sumatera Utara, setelah terkena tembakan yang dilepaskan oleh seorang pejabat kepolisian saat membubarkan aksi tawuran di jalan tol. Peristiwa ini memicu sorotan tajam terhadap prosedur penanganan konflik dan penggunaan senjata api oleh aparat kepolisian.

Korban, yang diidentifikasi sebagai M. Suhada (15), dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit pada Senin pagi. Kabar duka ini disampaikan langsung oleh Kapolda Sumatera Utara, Irjen Whisnu Hermawan Februanto, yang menyatakan belasungkawa mendalam atas kejadian tersebut.

Menurut keterangan yang dihimpun, peristiwa bermula ketika Kapolres Belawan, AKBP Oloan Siahaan, bersama anggotanya tengah melakukan patroli rutin untuk mengantisipasi potensi tawuran antar kelompok pemuda di wilayah hukumnya. Saat melintas di jalan Tol Belmera, rombongan Kapolres mendapati sekelompok pemuda yang diduga terlibat dalam aksi tawuran.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Ferry Walintukan menjelaskan kronologis kejadian bermula dari adanya tawuran antara kelompok pemuda Lorong Stasiun dengan kelompok Lingkungan 13 Selebes. Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Oloan Siahaan memimpin apel personel guna mengantisipasi tawuran susulan dan melaksanakan patroli serta standby di Posko Berkawan Polres Pelabuhan Belawan.

Ketika mobil dinas Kapolres melintas, kelompok pemuda tersebut justru melakukan penghadangan dan menyerang dengan senjata tajam. Dalam situasi yang dinilai membahayakan, Kapolres Oloan Siahaan melepaskan tembakan peringatan ke udara. Namun, tindakan tersebut tidak menghentikan aksi brutal kelompok pemuda yang terus mengejar dan melempari petugas dengan batu dan petasan.

Merasa terancam, Kapolres kemudian melepaskan tembakan ke arah kelompok pemuda tersebut dengan tujuan melumpuhkan. Malang bagi M. Suhada dan seorang remaja lainnya, B (17), yang terkena tembakan tersebut. M. Suhada mengalami luka tembak di bagian perut, sementara B mengalami luka di bagian tangan.

Insiden ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Masyarakat sipil dan organisasi HAM mengecam tindakan represif aparat kepolisian yang dinilai berlebihan dan menyebabkan hilangnya nyawa seorang remaja. Mereka menuntut investigasi mendalam dan transparan untuk mengungkap fakta sebenarnya dan menyeret pelaku penembakan ke pengadilan.

Pihak kepolisian sendiri telah berjanji untuk melakukan penyelidikan secara profesional dan proporsional. Kapolda Sumut menegaskan komitmennya untuk menegakkan hukum dan memberikan sanksi tegas jika terbukti ada pelanggaran prosedur dalam penanganan kasus ini. Penyelidikan internal dan eksternal akan dilakukan untuk memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.

Peristiwa ini menjadi catatan kelam dalam hubungan antara aparat kepolisian dan masyarakat. Diperlukan upaya serius untuk membangun kembali kepercayaan publik dan meningkatkan profesionalisme serta akuntabilitas aparat kepolisian dalam menjalankan tugasnya. Penggunaan senjata api harus diatur secara ketat dan hanya digunakan sebagai upaya terakhir dalam situasi yang benar-benar membahayakan jiwa.