Proyek Jalan Tol Picu Banjir di Pademangan, Warga Geram Gelar Aksi Unjuk Rasa
Hujan deras yang mengguyur Jakarta Utara dalam beberapa waktu terakhir, diperparah dengan adanya proyek pembangunan jalan tol di Jalan RE Martadinata, mengakibatkan banjir di dua Rukun Tetangga (RT) di RW 11, Pademangan Barat. Luapan air yang merendam kawasan pemukiman warga tersebut diduga kuat disebabkan oleh tersumbatnya saluran drainase akibat material proyek jalan tol.
Warga setempat, seperti yang disampaikan oleh Yeti, seorang ibu berusia 53 tahun, mengungkapkan bahwa RT 1 dan RT 2 menjadi wilayah yang paling parah terdampak banjir. Sementara RT 3 relatif aman setelah dilakukan penataan jalan. Kekesalan warga memuncak lantaran tumpukan puing proyek di selokan menghambat aliran air, yang menyebabkan banjir berkepanjangan selama hampir dua bulan terakhir. Protes telah berulang kali dilayangkan kepada pihak kontraktor jalan tol, namun keluhan mereka seolah tak digubris.
"Kita sudah mengajukan (protes) ke proyek, tapi tidak ada tanggapan. Cuma janji-janji dan janji aja," keluh Yeti, menggambarkan betapa frustrasinya warga menghadapi situasi ini.
Senada dengan Yeti, Miftahudin, seorang warga berusia 45 tahun, juga menyuarakan kekecewaannya terhadap pihak penyelenggara jalan tol yang dinilai abai terhadap dampak proyek terhadap lingkungan sekitar. Akibatnya, warga yang merasa terpinggirkan memutuskan untuk menggelar aksi demonstrasi sebagai bentuk protes.
"Ini akibat pihak tol yang tidak bertindak dan mendengar keluhan-keluhan warga, kita sebagai pengurus dan LMK (Lembaga Musyawarah Kelurahan), lurah juga sudah mengingatkan kalau sewaktu-waktu tidak digubris itu akan menimbulkan kemarahan warga dan sekarang ini demo," tegas Miftahudin.
Menurut penuturan Miftahudin, rumahnya telah berulang kali menjadi korban banjir sejak proyek jalan tol mulai dikerjakan setahun lalu. Meskipun Suku Dinas (Sudin) Sumber Daya Air (SDA) telah berupaya mengatasi banjir dengan menyedot air, namun upaya tersebut tampaknya belum membuahkan hasil yang optimal. Banjir terus berulang dan mengganggu aktivitas warga.
"Kita menyedot, airnya ada lagi, sedot airnya ada lagi," keluhnya.
Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa banjir memang menggenangi beberapa titik akibat pembangunan jalan tol. Di pintu kereta Stasiun Ancol, ketinggian air mencapai 30 sentimeter, menyulitkan pengendara yang melintas. Sementara di RT 01 dan RT 02, Gang Siaga Dua, Pademangan Barat, ketinggian air berkisar antara 10 hingga 15 sentimeter.
Kondisi inilah yang memicu kemarahan warga Pademangan Barat hingga akhirnya memutuskan untuk menggelar aksi demonstrasi. Mereka bahkan sempat memblokade Jalan RE Martadinata sebagai upaya untuk menarik perhatian pihak terkait agar aspirasi mereka didengar. Saat ini, perwakilan warga dan lurah tengah berdialog dengan perwakilan mandor proyek, mencari solusi atas permasalahan banjir yang mereka alami.
Dampak Banjir:
- Akses jalan terhambat
- Aktivitas warga terganggu
- Kerusakan properti
- Potensi penyebaran penyakit