Strategi Properti: Pilar Kesuksesan Global McDonald's di Balik Burger Ikonik
McDonald's, sebuah nama yang tak asing lagi di kancah kuliner global, dikenal luas berkat hidangan burger dan kentang gorengnya yang ikonik. Namun, dibalik cita rasa yang digemari, terdapat strategi bisnis properti yang menjadi fondasi utama kesuksesannya.
Model bisnis McDonald's tidak hanya bertumpu pada penjualan makanan cepat saji, tetapi juga pada kepemilikan properti yang kemudian disewakan kepada para pemegang waralaba. Strategi cerdas ini menghasilkan margin operasional yang signifikan, mencapai 45 persen pada tahun 2024. Pendapatan McDonald's bersumber dari biaya sewa dan royalti yang dibayarkan oleh para pewaralaba. Pada tahun 2023, nilai properti yang dimiliki oleh perusahaan ini mencapai US$ 27 miliar.
Ekspansi agresif telah menjadikan bangunan restoran McDonald's sebagai bagian tak terpisahkan dari lanskap kota di berbagai belahan dunia. Perusahaan berencana untuk terus mengembangkan jaringannya, dengan target meningkatkan jumlah lokasi dari 43 ribu menjadi lebih dari 50 ribu pada tahun 2027.
Keberhasilan McDonald's juga didukung oleh pemilihan lokasi restoran yang strategis, seringkali berada di area dengan lalu lintas pejalan kaki yang tinggi. Hal ini memberikan keuntungan bagi pemegang waralaba dalam meningkatkan pendapatan pribadi dan bisnis mereka.
Model bisnis waralaba dan real estat McDonald's menawarkan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan teknologi besar. Namun, bisnis ini memiliki ketergantungan pada pembayaran sewa dari pemegang waralaba.
Untuk membuka restoran McDonald's, seorang pewaralaba harus menyiapkan investasi awal yang cukup besar, berkisar antara US$ 1 juta hingga US$ 2,2 juta, ditambah biaya waralaba sekitar US$ 45 ribu. Selain itu, terdapat biaya berkelanjutan yang meliputi pembayaran sewa kepada McDonald's, berdasarkan lokasi, penjualan, dan persyaratan sewa lainnya.
Tingginya biaya sewa yang ditetapkan oleh McDonald's juga menuai kritik, karena berpotensi membatasi profitabilitas pemegang waralaba dan mengurangi insentif untuk inovasi di tingkat waralaba.