Gelombang Protes Guncang UKSW: Mahasiswa dan Dosen Bersatu Tuntut Perbaikan Fasilitas dan Transparansi Anggaran
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga menghadapi gelombang demonstrasi besar dari kalangan mahasiswa dan dosen. Aksi protes serentak ini dipicu oleh ketidakpuasan mendalam terhadap kondisi fasilitas kampus, tata kelola anggaran, dan dugaan arogansi pimpinan universitas.
Ribuan mahasiswa dan dosen dari tiga fakultas utama, termasuk Fakultas Teknologi Informasi (FTI), Fakultas Hukum (FH), dan Fakultas Teologi, turun ke jalan menyuarakan aspirasi mereka. Unjuk rasa ini menandai puncak kekecewaan yang telah lama terpendam di kalangan sivitas akademika UKSW.
Tuntutan dari Fakultas Teknologi Informasi (FTI)
FTI, yang selama ini dikenal sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi universitas, justru menjadi salah satu motor utama aksi protes. Mahasiswa dan dosen FTI menggelar longmarch dari kampus Diponegoro menuju kampus utama di Jalan Kartini, membawa spanduk dan menyuarakan tuntutan dengan lantang.
Dekan FTI, Prof. Danny Manongga, mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi fasilitas perkuliahan yang dinilai jauh dari memadai. Ia menyoroti buruknya koneksi internet, padahal FTI merupakan garda depan teknologi di universitas.
"Kita fakultas besar, menyumbang banyak pendapatan. Tapi yang ada saat ini, fasilitas internet saja amburadul," tegas Prof. Danny.
Selain masalah fasilitas, FTI juga menuntut transparansi anggaran. Prof. Danny mengungkapkan bahwa banyak usulan peningkatan kegiatan dan promosi fakultas yang ditolak oleh rektorat. Ia bahkan meminta audit keuangan untuk memastikan penggunaan anggaran yang akuntabel.
"Kami bahkan menilai FTI ini dijadikan sapi perah oleh pimpinan melalui tindakan penggunaan anggaran yang tidak berpihak pada sivitas akademika FTI UKSW," paparnya, menyoroti dugaan ketidakadilan dalam alokasi dana.
Klemens Imanuel, Ketua Senat Mahasiswa FTI UKSW, menambahkan bahwa buruknya koneksi internet di kampus FTI yang berada di daerah perbukitan sangat menghambat proses belajar mengajar dan pengembangan potensi mahasiswa.
"Kampus kami terpisah dengan kampus induk, bahkan letaknya di perbukitan. Koneksi WIFI-nya sangat buruk. Padahal ini fakultas teknologi, kalau internet dan komputer saja tidak menunjang, bagaimana mahasiswanya bisa kritis, kreatif, dan inovatif," keluhnya.
Protes dari Fakultas Hukum (FH)
Fakultas Hukum (FH) juga turut ambil bagian dalam gelombang protes ini. Mahasiswa dan dosen FH melakukan longmarch menuju kantor rektorat pada Jumat (2/5/2025), menentang pergantian pejabat fakultas yang dinilai sepihak dan tanpa musyawarah.
Rezky Passiuola, koordinator aksi dari FH, menyatakan bahwa penggantian dekan dan kaprodi yang dilakukan secara mendadak telah mencederai nilai-nilai keadilan yang dijunjung tinggi oleh UKSW.
"Kami selama ini sudah diam melihat polah pimpinan universitas, namun dengan adanya pergantian dekan dan jajaran, mahasiswa FH satu suara menyatakan menolak," tegasnya.
"SK Rektor per tanggal 30 April 2025 tersebut dikeluarkan pada pukul 23.00 WIB dan langsung berlaku pada 1 Mei 2025. Penggantian itu tidak mencerminkan nilai-nilai Satya Wacana yang mengedepankan keadilan dan moralitas," lanjutnya.
Tanggapan dan Harapan
Gelombang protes yang melibatkan mahasiswa dan dosen dari berbagai fakultas ini menjadi peringatan keras bagi pimpinan UKSW. Tuntutan mereka mencakup perbaikan fasilitas, transparansi anggaran, keadilan dalam pengambilan keputusan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai demokrasi di lingkungan akademik.
Para demonstran berharap agar pimpinan universitas bersedia membuka dialog yang konstruktif dengan sivitas akademika, mendengarkan aspirasi mereka, dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Masa depan UKSW sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas dan berintegritas bergantung pada kemampuan pimpinan untuk merespons krisis ini dengan bijaksana dan bertanggung jawab.