Ilmuwan Kembangkan Antibisa Universal Berbasis Antibodi Pria yang Kebal Racun Ular
Pengembangan Antibisa Universal Berbasis Kekebalan Ekstrem
Tim ilmuwan dari Universitas Columbia, bekerja sama dengan ahli imunologi Jacob Glanville, telah berhasil mengembangkan prototipe antibisa universal yang menjanjikan. Penelitian ini memanfaatkan antibodi unik yang ditemukan dalam darah Tim Friede, seorang pria yang secara sukarela menyuntikkan dirinya dengan berbagai jenis bisa ular selama hampir dua dekade.
Penemuan ini bermula dari laporan media tahun 2017 tentang Friede, seorang ahli ular autodidak yang tinggal di California. Friede telah melakukan eksperimen pada dirinya sendiri dengan menyuntikkan racun dari ular-ular paling berbahaya di dunia, termasuk kobra, mamba, dan ular derik. Praktik ini, yang sangat berisiko dan tidak direkomendasikan oleh para ahli, secara tak terduga menghasilkan kekebalan terhadap beberapa jenis neurotoksin.
Glanville, yang tertarik dengan kasus ini, menghubungi Friede dan meminta sampel darah. Setelah delapan tahun penelitian intensif, Glanville dan Peter Kwong, seorang profesor di Universitas Columbia, berhasil mengisolasi dan merekayasa antibodi dari darah Friede. Antibodi ini menunjukkan potensi untuk melindungi terhadap gigitan 19 spesies ular berbisa yang berbeda, setidaknya dalam uji coba pada tikus.
Potensi Revolusioner dalam Pengobatan Gigitan Ular
Antibisa konvensional biasanya diproduksi dengan menyuntikkan racun ular ke hewan seperti domba atau kuda. Hewan-hewan ini kemudian menghasilkan antibodi yang diekstraksi dan digunakan untuk membuat antibisa. Namun, antibisa tradisional sering kali hanya efektif terhadap satu spesies ular tertentu dan dapat menyebabkan reaksi alergi karena berasal dari hewan lain.
Antibisa yang dikembangkan dari antibodi Friede menawarkan beberapa keunggulan signifikan. Pertama, antibisa ini memiliki potensi untuk melindungi terhadap berbagai spesies ular berbisa, menjadikannya solusi yang lebih praktis dan efisien dalam situasi darurat. Kedua, karena berasal dari antibodi manusia, risiko reaksi merugikan diperkirakan lebih rendah.
Tim peneliti mengidentifikasi dua jenis antibodi utama dalam darah Friede. Antibodi pertama, LNX-D09, efektif melawan enam spesies ular yang diuji pada tikus. Ketika dikombinasikan dengan obat varespladib, antibodi ini mampu melindungi tikus dari racun tiga spesies ular lainnya. Antibodi kedua, SNX-B03, memberikan perlindungan parsial terhadap semua racun spesies yang diuji.
Implikasi dan Peringatan
Penemuan ini membuka jalan bagi pengembangan antibisa universal yang lebih efektif dan aman. Meskipun penelitian ini menjanjikan, para ilmuwan menekankan bahwa sangat penting untuk tidak mencoba meniru apa yang dilakukan Friede. Bisa ular sangat berbahaya, dan paparan yang tidak terkendali dapat berakibat fatal.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji keamanan dan efektivitas antibisa berbasis antibodi Friede pada manusia. Namun, hasil awal ini memberikan harapan baru bagi pengobatan gigitan ular di seluruh dunia, terutama di daerah-daerah terpencil di mana akses ke antibisa tradisional terbatas.