Krisis Demografi di Tokushima: Populasi Menyusut Kembali ke Era 1920-an
Prefektur Tokushima, Jepang, menghadapi tantangan demografi yang serius dengan populasi yang menyusut drastis ke angka yang terakhir terlihat pada era Taisho, hampir seabad lalu. Data terbaru menunjukkan bahwa populasi prefektur ini kini hanya berjumlah 678.771 jiwa, sebuah penurunan signifikan yang mengkhawatirkan pemerintah daerah.
Angka ini, yang dirilis oleh Pemerintah Prefektur Tokushima pada tanggal 1 Mei 2025, mengungkapkan penurunan sebanyak 2.706 orang dibandingkan dengan data bulan sebelumnya. Lebih jauh lagi, perbandingan dengan data sensus nasional pertama yang diadakan pada tahun 1920, yang mencatat populasi Tokushima sebesar 670.212 jiwa, dan sensus tahun 1925 dengan 689.814 jiwa, menyoroti betapa dramatisnya penurunan populasi ini. Dengan luas wilayah sekitar 4.100 kilometer persegi, di mana sekitar 80 persennya merupakan daerah pegunungan, Tokushima menghadapi tantangan unik dalam mempertahankan dan mengembangkan populasinya.
Penurunan populasi ini disebabkan oleh dua faktor utama: penurunan alami dan penurunan sosial. Penurunan alami, yang merupakan selisih antara kelahiran dan kematian, menyumbang penurunan sebesar 820 jiwa dalam sebulan terakhir. Namun, faktor yang lebih signifikan adalah penurunan sosial, yaitu selisih antara jumlah orang yang meninggalkan prefektur dan jumlah orang yang datang. Angka ini mencapai 1.886 jiwa, meningkat tajam dibandingkan dengan penurunan sebesar 222 jiwa yang tercatat pada bulan sebelumnya. Perhitungan ini didasarkan pada data sensus nasional lima tahunan, yang diperbarui dengan data registrasi penduduk dasar yang mencatat kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk yang dilaporkan ke pemerintah daerah.
Estimasi populasi ini diperbarui setiap bulan Mei setelah dimulainya tahun fiskal baru pada tanggal 1 April. Penduduk yang pindah memiliki waktu 14 hari untuk melaporkan kepindahan mereka, yang memungkinkan pemerintah daerah untuk melacak perubahan populasi secara akurat.
Tokushima, yang terletak di bagian timur Pulau Shikoku, berbatasan dengan prefektur Kagawa, Kochi, dan Ehime, dan menghadap ke Selat Kii. Kondisi geografis dan sosial ekonominya memainkan peran penting dalam dinamika populasi yang kompleks ini. Penurunan populasi yang berkelanjutan menimbulkan kekhawatiran serius tentang masa depan prefektur, yang memicu upaya untuk mengatasi masalah ini dan membalikkan tren demografi negatif.