Presiden Prabowo Ungkap Dalang Peristiwa Madiun 1948: Bukan Komunis, Melainkan Belanda
Presiden Prabowo Subianto memberikan pandangan baru mengenai Peristiwa Madiun 1948, yang selama ini dikenal sebagai pemberontakan yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam sidang kabinet paripurna yang berlangsung di Kantor Presiden, Jakarta, pada Senin (5/5/2025), Prabowo menyatakan bahwa dalang sebenarnya dari peristiwa tersebut adalah pihak Belanda.
"Peristiwa Madiun, seolah-olah itu komunis, ternyata yang membawa Muso, Semaun, semua itu adalah Belanda, difasilitasi oleh Belanda," ujar Prabowo di hadapan para menteri kabinetnya. Pernyataan ini tentu saja menimbulkan diskusi dan perdebatan, mengingat narasi sejarah yang selama ini beredar luas. Muso, atau Munawar Musso, merupakan tokoh komunis senior Indonesia yang pernah menimba ilmu di Uni Soviet. Sementara itu, Semaun, atau Semaoen, adalah Ketua Umum Pertama PKI.
Prabowo menjelaskan bahwa "Madiun Affair" yang terjadi pada masa pemerintahan Sukarno-Hatta merupakan hasil campur tangan Belanda. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa berbagai pemberontakan lain yang terjadi di era Bung Karno juga didalangi oleh kekuatan asing. Menurutnya, selama 20 hingga 28 tahun setelah kemerdekaan, Indonesia tidak pernah lepas dari intervensi asing.
"DI/TII, dokumen keluar, (ternyata dalangnya -red) Belanda," ungkap Prabowo, merujuk pada gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Ia juga menyebut nama Snouck Hurgronje, seorang orientalis dan penasihat pemerintah kolonial Belanda, sebagai intel Belanda dengan julukan 'sandi yudha'.
Prabowo menekankan pentingnya memahami sejarah dengan benar agar para menteri yang hadir dalam rapat menyadari kekuatan yang dimiliki Indonesia dan termotivasi untuk bangkit. Ulasan sejarah ini diharapkan dapat memberikan perspektif baru dan mendorong semangat nasionalisme dalam menjalankan pemerintahan.
Pernyataan Prabowo ini membuka kembali diskusi mengenai sejarah Indonesia dan peran pihak asing dalam berbagai peristiwa penting. Hal ini menantang pemahaman yang selama ini diyakini dan mengajak untuk meninjau kembali bukti-bukti sejarah yang ada.