Negosiasi Tarif: Trump Belum Jadwalkan Pertemuan dengan Xi Jinping
Pemerintah Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, terus aktif menjalin komunikasi dengan berbagai negara dalam upaya mencapai kesepakatan terkait tarif perdagangan. China menjadi salah satu fokus utama dalam agenda negosiasi ini.
Presiden Trump menyampaikan bahwa meskipun pembicaraan dengan berbagai negara terus berlangsung, belum ada rencana konkret untuk pertemuan tatap muka antara dirinya dengan Presiden China, Xi Jinping, dalam waktu dekat. Menurut laporan Reuters, pejabat-pejabat AS terus berdiskusi dengan mitra-mitra mereka di China mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan perdagangan.
Prioritas utama Amerika Serikat dalam negosiasi dengan China adalah menciptakan kerangka perdagangan yang berkeadilan dan saling menguntungkan. Trump tidak memberikan indikasi pasti mengenai kemungkinan pengumuman kesepakatan perdagangan dalam minggu-minggu mendatang, namun ia mengisyaratkan bahwa hal tersebut sangat mungkin terjadi. Rincian lebih lanjut mengenai rencana negosiasi ini belum diungkapkan ke publik.
Pemerintahan Trump telah secara aktif terlibat dalam serangkaian pertemuan dengan para mitra dagang utama AS. Langkah ini dilakukan setelah Trump menerapkan tarif impor yang lebih tinggi terhadap sejumlah negara. Pemberlakuan tarif ini sempat ditunda selama 90 hari untuk memberikan ruang bagi negosiasi lebih lanjut.
Sebelumnya, Trump memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap mobil, baja, dan aluminium. Kanada dan Meksiko juga terkena tarif sebesar 25%, sementara China menghadapi tarif hingga 145%. Tindakan ini merupakan bagian dari upaya Trump untuk menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan global yang dianggapnya tidak adil bagi Amerika Serikat.
Presiden Trump sebelumnya menuding China telah mengambil keuntungan yang tidak semestinya dalam perdagangan global. Ia menuduh China merampas peran AS. Akibatnya, Trump memberlakukan tarif yang lebih tinggi terhadap barang-barang impor dari China, bahkan mencapai 145%.
Dalam perkembangan terbaru, Trump memberikan sinyal yang lebih akomodatif. Ia membuka kemungkinan untuk mencapai kesepakatan dengan China. Trump mengakui bahwa pendekatan keras yang diambilnya terhadap China berpotensi mengganggu hubungan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
"Mereka (China) sangat ingin membuat kesepakatan. Kita lihat saja nanti bagaimana hasilnya, tetapi itu harus menjadi kesepakatan yang adil," ujar Trump, menekankan pentingnya keseimbangan dalam hubungan perdagangan antara kedua negara.