Pertumbuhan Industri Global Terancam Krisis Energi: Prioritas Beralih dari Keberlanjutan?
Permintaan energi global melonjak tajam, didorong oleh pesatnya perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), elektrifikasi, dan pergeseran lanskap manufaktur. Sayangnya, lonjakan kebutuhan ini tidak seimbang dengan ketersediaan pasokan energi yang memadai, sehingga memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri. Sebuah laporan terbaru dari Ernst & Young (EY) mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan di seluruh dunia kini cenderung memprioritaskan pertumbuhan bisnis dan ekspansi di atas komitmen mereka terhadap energi bersih.
Laporan berjudul ‘Navigating the Energy Transition’ ini, yang melibatkan survei terhadap lebih dari 2.400 pengambil keputusan di berbagai perusahaan besar dan menengah di delapan pasar global, menyoroti adanya ekspektasi peningkatan signifikan dalam penggunaan listrik dalam tiga tahun mendatang. Bahkan, lebih dari separuh responden memproyeksikan kenaikan dua digit yang sangat besar. EY memperkirakan bahwa kebutuhan listrik global akan terus meningkat secara substansial hingga tahun 2050, dengan sektor komersial dan industri menjadi penyumbang utama.
Lonjakan permintaan ini disebabkan oleh beberapa faktor:
- Kebutuhan daya yang sangat besar dari aplikasi AI generatif
- Investasi perusahaan dalam kendaraan listrik dan infrastruktur data
- Penggunaan peralatan yang boros energi
- Kebijakan pemerintah dan tren relokasi manufaktur
Ketersediaan listrik yang andal dan harga energi yang stabil menjadi perhatian utama bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Dua pertiga responden menyatakan kekhawatiran tentang akses listrik yang terjamin, kesulitan mendapatkan pasokan yang cukup, dan fluktuasi harga. Kondisi ini berpotensi menghambat pertumbuhan bisnis, mengurangi keuntungan, dan mengancam daya saing di pasar.
Perusahaan-perusahaan juga aktif berinvestasi dalam teknologi yang menggunakan listrik (elektrifikasi) dan proses bisnis digital (digitalisasi). Namun, banyak yang merasa bahwa penyedia energi mereka saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan berubah akibat investasi ini.
Beberapa masalah yang menjadi sumber ketidakpuasan antara lain:
- Infrastruktur dan teknologi penyedia energi yang sudah tua dan tidak efisien
- Kontrak perjanjian pasokan energi yang tidak fleksibel dan tidak dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis
- Kurangnya solusi energi yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan unik berbagai jenis industri
Sebagai respons terhadap tantangan ini, banyak perusahaan mulai mempertimbangkan solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Sekitar 20 persen telah berinvestasi dalam pembangkitan listrik di tempat dan penyimpanan baterai, dan dua pertiga berencana untuk memperluas upaya ini dalam tiga tahun ke depan.
Survei EY menemukan bahwa meskipun sebagian besar perusahaan telah menetapkan target emisi dan mencari sumber energi yang lebih bersih, keberlanjutan tampaknya bukan lagi satu-satunya atau bahkan prioritas utama. Keberlanjutan berada di urutan ketiga dalam daftar prioritas di semua industri, meskipun lebih cenderung menjadi fokus utama bagi perusahaan teknologi dan produsen.
Namun, laporan tersebut menekankan bahwa perusahaan-perusahaan semakin berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pengurangan emisi karbon dapat dan harus dicapai secara bersamaan. Mereka bersedia mengambil langkah-langkah yang diperlukan, termasuk mengganti penyedia energi atau berinvestasi dalam infrastruktur energi sendiri, untuk memastikan kedua tujuan ini tercapai.