Indonesia Stop Impor Beras, Kamboja Cari Alternatif Pasar
Indonesia Tidak Lagi Impor Beras, Kamboja Berupaya Diversifikasi Pasar
Jakarta - Keputusan Indonesia untuk menghentikan impor beras memaksa Kamboja untuk mencari pasar ekspor alternatif. Hal ini disampaikan Presiden Prabowo Subianto dalam sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/5/2025), mengutip percakapannya dengan Presiden Senat Kerajaan Kamboja, Hun Sen.
"Beliau (Hun Sen) menyampaikan bahwa ini akan berpengaruh pada mereka karena biasanya Indonesia membeli beras dari mereka. Namun, tahun ini, Kamboja harus mencari pasar baru karena Indonesia tidak akan impor," ujar Prabowo.
Prabowo menjelaskan bahwa produksi beras dalam negeri saat ini mengalami peningkatan signifikan. Ia mencontohkan Sumatera Selatan, yang produksinya meningkat 25 persen dari 3 juta ton menjadi 4 juta ton pada tahun ini.
"Saya dari Sumatera Selatan berasnya yang tiap tahun berkisar 3 juta ton, tahun ini mencapai 4 juta ton. Artinya peningkatan 25 persen," kata Prabowo.
Selain peningkatan produksi, cadangan beras nasional saat ini juga mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah Indonesia. Hal ini menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam mengelola sektor pertanian.
"Belum pernah kita, pemerintah, menguasai, memiliki, jumlah tonase beras sebesar sekarang. Ini suatu prestasi, tapi prestasi bukan data begitu saja apalagi pertanian," imbuhnya.
Keputusan Indonesia untuk menghentikan impor beras merupakan langkah strategis untuk mendukung petani lokal dan mewujudkan swasembada pangan. Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi dan kualitas beras dalam negeri agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi nasional.
Dengan produksi beras yang terus meningkat dan cadangan yang melimpah, Indonesia optimis dapat mencapai kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor. Sementara itu, Kamboja kini menghadapi tantangan untuk menemukan pasar baru bagi produk berasnya.