Ekonomi Indonesia Resilien di Tengah Gejolak Global, Erick Thohir Soroti Pertumbuhan Positif
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2025 mencatatkan angka 4,87 persen (year-on-year). Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, memberikan tanggapannya terhadap capaian ini. Menurutnya, angka ini adalah realisasi yang positif dan menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah kondisi global yang penuh tantangan.
Erick Thohir menekankan bahwa, meskipun terjadi sedikit perlambatan dibandingkan kuartal IV tahun 2024 yang mencapai 5,11 persen, performa ekonomi Indonesia tetap terbilang solid jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Ia mencontohkan Malaysia yang tumbuh 4,4 persen dan Singapura dengan pertumbuhan 3,8 persen pada periode yang sama. Pernyataan ini disampaikan Erick Thohir di Kementerian BUMN, Jakarta, pada Senin, 5 Mei 2025.
"Pertumbuhan 4,87 persen, saya rasa banyak yang pernah memprediksi jauh di bawah. Artinya hasil 4,87 persen ini baik. Dan kalau kita komparasi juga dengan angka-angka di banyak negara, kita dalam kondisi yang baik dengan situasi yang seperti ini," ujarnya.
Konteks global saat ini diwarnai oleh berbagai isu krusial, termasuk perang dagang yang berkelanjutan serta eskalasi konflik antara Pakistan dan India, dua negara yang menjadi pasar penting bagi komoditas ekspor Indonesia seperti kelapa sawit dan batu bara. Di tengah turbulensi ini, kemampuan ekonomi Indonesia untuk tetap tumbuh menjadi indikator positif.
Selain itu, Erick Thohir juga menyoroti tren positif pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mulai menunjukkan pemulihan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami rebound. Kombinasi faktor-faktor ini, menurutnya, mengindikasikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang baik.
"Rupiah sudah mulai kembali ke arah yang baik. Bursa juga sudah mulai bounce back. Saya rasa, seperti yang diprediksikan oleh banyak pengamat itu salah, justru kondisi kita baik," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga mengamini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun terkoreksi sedikit pada kuartal I, tetap lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Bahkan, Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi di antara negara-negara G20, hanya berada di bawah China yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,4 persen.
"Untuk negara G20, kita pertumbuhannya nomor dua tertinggi di bawah China yang tumbuh di 5,4 persen," pungkas Airlangga di Kemenko Perekonomian, Jakarta, pada hari yang sama.
Secara keseluruhan, data dan pernyataan para pemangku kebijakan menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia menunjukkan resiliensi yang patut diapresiasi di tengah ketidakpastian dan tantangan global.