Ketiadaan Ambulans, Warga di Kampar Gotong Jenazah Sejauh Dua Kilometer
Di sebuah desa terpencil di Kabupaten Kampar, Riau, duka mendalam berubah menjadi sorotan publik ketika video viral memperlihatkan sejumlah warga terpaksa menggotong jenazah sejauh dua kilometer. Peristiwa pilu ini terjadi di Desa Sinamanenek, Kecamatan Tapung Hulu, pada hari Sabtu (3/5/2025), ketika keluarga almarhum Kilut menghadapi kesulitan luar biasa untuk mendapatkan akses ke ambulans.
Kisah ini bermula ketika Kilut, seorang warga desa, meninggal dunia secara mendadak saat sedang bekerja memanen sawit di kebun milik orang tuanya. Kejadian tragis ini terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Keluarga yang berduka segera berusaha mencari bantuan untuk membawa jenazah Kilut ke rumah duka, yang berjarak sekitar dua kilometer dari lokasi kejadian. Namun, upaya mereka menemui jalan buntu ketika tidak ada ambulans yang tersedia untuk membantu.
Video yang beredar luas di media sosial merekam momen-momen menyayat hati ketika sejumlah pria bahu-membahu memikul jenazah Kilut melewati jalanan tanah yang sulit. Dalam rekaman tersebut, terdengar suara seorang wanita, yang diduga anggota keluarga almarhum, mengungkapkan kekecewaan dan kepedihan mereka atas ketiadaan bantuan ambulans. Ungkapan kesedihan dan kekecewaan tersebut mencerminkan perasaan frustrasi yang mendalam atas kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dasar di wilayah mereka.
Menurut keterangan Sekretaris Desa Sinamanenek, Kurnia Sejahtra Muchlis, pihak desa membantah tudingan bahwa mereka menolak memberikan bantuan ambulans. Kurnia menjelaskan bahwa gangguan listrik dan internet yang melanda wilayah tersebut menjadi kendala utama dalam berkomunikasi dan mengkoordinasikan bantuan. Listrik padam sejak Jumat malam hingga Sabtu malam akibat cuaca buruk, sehingga informasi mengenai meninggalnya Kilut tidak sampai ke pihak desa tepat waktu.
Selain itu, Ketua RT setempat juga telah berupaya meminta bantuan ambulans dari PT Energi Gandewa, sebuah perusahaan yang beroperasi di dekat lokasi kejadian. Namun, permintaan tersebut ditolak dengan alasan harus menunggu izin dari pimpinan perusahaan. Akibatnya, Ketua RT terpaksa menjemput ambulans dari puskesmas terdekat. Sementara proses penjemputan ambulans berlangsung, warga berinisiatif untuk menggotong jenazah Kilut secara manual dari kebun ke rumah duka.
Camat Tapung Hulu, Wira Sastra, membenarkan kejadian tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti masalah ini. Pihak desa telah dipanggil untuk memberikan penjelasan terkait insiden tersebut. Wira juga memastikan bahwa jenazah Kilut akhirnya diantar ke pemakaman menggunakan ambulans puskesmas. Namun, ia mengakui bahwa sempat terjadi kekosongan ambulans pada saat jenazah masih berada di kebun.
Kasus ini menjadi sorotan tajam dan memicu perdebatan mengenai aksesibilitas layanan kesehatan di daerah-daerah terpencil. Insiden ini juga menyoroti pentingnya koordinasi yang efektif antara pemerintah desa, perusahaan swasta, dan lembaga kesehatan dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, terutama dalam situasi darurat seperti ini.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Keterbatasan Akses: Insiden ini menyoroti keterbatasan akses terhadap layanan ambulans di daerah terpencil.
- Koordinasi yang Buruk: Kurangnya koordinasi antara pihak desa, perusahaan, dan puskesmas memperburuk situasi.
- Dampak Gangguan Listrik: Gangguan listrik dan internet menghambat komunikasi dan koordinasi bantuan.
- Peran Masyarakat: Inisiatif warga untuk menggotong jenazah menunjukkan solidaritas dan kepedulian sosial.
- Tindakan Pemerintah: Pemerintah daerah telah mengambil tindakan untuk menindaklanjuti masalah ini.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap situasi darurat, serta memastikan bahwa semua warga memiliki akses yang sama terhadap layanan kesehatan yang memadai.