Israel Siapkan Serangan Skala Besar di Gaza, Ribuan Tentara Cadangan Dikerahkan

Eskalasi konflik di Gaza semakin nyata dengan persiapan Israel untuk melancarkan serangan besar-besaran. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memobilisasi puluhan ribu tentara cadangan sebagai langkah awal dalam operasi militer yang diperluas dan diintensifkan.

Rencana ini, yang diumumkan oleh IDF pada Senin, bertujuan untuk meningkatkan tekanan pada kelompok Hamas dan membebaskan para sandera yang masih ditahan. Operasi yang direncanakan mencakup penghancuran infrastruktur Hamas, baik di atas maupun di bawah tanah, yang tersebar di berbagai wilayah Gaza.

Langkah Israel ini menandai potensi peningkatan dramatis dalam konflik yang sudah berlangsung lama, dengan konsekuensi yang berpotensi menghancurkan bagi penduduk sipil di Gaza. Keputusan untuk memperluas operasi militer telah disetujui oleh kabinet keamanan Israel. Namun, pelaksanaan rencana tersebut diperkirakan akan ditunda hingga setelah kunjungan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, minggu depan, menurut laporan media Israel.

Potensi penundaan ini tidak mengurangi kekhawatiran tentang dampak operasi yang diperluas pada pasukan cadangan Israel. Banyak dari tentara cadangan ini telah dikerahkan berulang kali sejak dimulainya konflik, dengan beberapa di antaranya telah dipanggil hingga lima atau enam kali. Tingkat mobilisasi yang tinggi ini telah menyebabkan kelelahan dan ketidakpuasan di antara pasukan cadangan.

Dalam beberapa pekan terakhir, ribuan tentara cadangan telah mengajukan petisi kepada pemerintah Israel, mendesak penghentian pertempuran dan fokus yang lebih besar pada negosiasi untuk pembebasan sandera. Sentimen ini mencerminkan kekhawatiran publik yang berkembang tentang kelanjutan konflik dan dampaknya terhadap warga Israel. Pada hari Sabtu, protes besar-besaran terjadi di seluruh Israel, dengan para demonstran menyerukan diakhirinya konflik segera.

Upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata dan membebaskan 59 sandera yang masih ditahan oleh Hamas sejauh ini belum berhasil. Tidak ada sandera yang dibebaskan sejak gencatan senjata dua bulan yang gagal pada 18 Maret. Setelah runtuhnya gencatan senjata, Israel melanjutkan serangan militernya, merebut sebagian besar wilayah Gaza dan menyebabkan ratusan ribu warga sipil mengungsi.

Selain operasi militer, Israel telah memberlakukan blokade bantuan kemanusiaan selama lebih dari dua bulan. Blokade ini telah memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza, menyebabkan kekurangan makanan, air, dan obat-obatan yang parah. Beberapa organisasi bantuan telah memperingatkan bahwa blokade tersebut dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Respons militer Israel dan blokade bantuan kemanusiaan telah menimbulkan pertanyaan tentang motif sebenarnya dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Keluarga sandera dan lawan politik menuduh Netanyahu berulang kali melakukan sabotase upaya negosiasi dan memperpanjang konflik untuk kepentingan politik pribadinya.

Hampir 19 bulan setelah dimulainya operasi militer di Gaza, Netanyahu belum mempresentasikan rencana yang jelas untuk masa depan Gaza setelah konflik berakhir. Kurangnya strategi yang jelas ini telah memicu kritik dan kekhawatiran tentang tujuan jangka panjang Israel di Gaza.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, serangan Israel telah menyebabkan 52.535 orang tewas pada hari Minggu, dengan 125 orang lainnya terluka dalam 24 jam terakhir. Operasi militer Israel merupakan tanggapan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan mengakibatkan penyanderaan 251 lainnya.

Berikut adalah poin-poin penting yang dapat diringkas dari berita ini:

  • Israel bersiap untuk melancarkan serangan besar-besaran di Gaza.
  • Puluhan ribu tentara cadangan telah dimobilisasi.
  • Operasi ini bertujuan untuk meningkatkan tekanan pada Hamas dan membebaskan sandera.
  • Operasi tersebut dapat ditunda hingga setelah kunjungan Presiden AS.
  • Tentara cadangan mengajukan petisi untuk menghentikan pertempuran dan memprioritaskan pembebasan sandera.
  • Upaya gencatan senjata belum berhasil.
  • Israel telah memberlakukan blokade bantuan kemanusiaan.
  • Netanyahu dituduh memperpanjang konflik untuk keuntungan politik.
  • Jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai 52.535 orang.