Pernikahan Usia Dini Tingkatkan Risiko Stunting pada Anak, Pemerintah Gencarkan Upaya Pencegahan
Pemerintah Indonesia terus berupaya menekan angka stunting yang masih menjadi permasalahan serius. Menteri Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Mendukbangga), Wihaji, menyoroti bahwa pernikahan usia dini menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka stunting pada anak.
Menurut Wihaji, berdasarkan keterangan dari tenaga medis, pernikahan di usia muda meningkatkan potensi stunting hingga 90%. Pernyataan ini disampaikan dalam acara detikSore on Location di Sarinah, Jakarta Pusat. Wihaji menjelaskan bahwa meskipun asupan gizi terpenuhi, risiko stunting tetap tinggi jika pernikahan terjadi di usia yang belum matang.
"Pernikahan dini sangat berpengaruh. Meskipun kita memberikan asupan gizi setiap hari, dokter mengatakan bahwa pernikahan dini hampir pasti menyebabkan stunting," tegas Wihaji.
Lebih lanjut, Wihaji menjelaskan bahwa ketidakmatangan sel telur pada perempuan yang menikah di usia dini menjadi penyebab utama meningkatnya risiko stunting. Kematangan sel telur yang belum sempurna dapat mempengaruhi kualitas kehamilan dan tumbuh kembang anak.
"Kematangan sel telur pada kandungan perempuan yang menikah di usia muda belum optimal. Akibatnya, potensi stunting pada anak menjadi lebih tinggi, diperkirakan mencapai sekitar 90% dibandingkan dengan mereka yang menikah di usia yang lebih matang," jelasnya.
Untuk itu, Wihaji merekomendasikan agar pernikahan dilakukan pada usia yang telah siap secara fisik dan mental. Idealnya, perempuan sebaiknya menikah di usia minimal 21 tahun dan laki-laki minimal 25 tahun. Usia ini dianggap sebagai usia yang ideal untuk kesiapan kandungan dan organ reproduksi lainnya.
Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka stunting. Berdasarkan data terkini, angka stunting di Indonesia berada di angka 21,5%. Beberapa program yang telah digulirkan antara lain:
- Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
- Edukasi gizi di Posyandu
- Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) untuk meningkatkan peran ayah dalam tumbuh kembang anak.
Upaya-upaya ini diharapkan dapat menekan angka stunting dan menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas.