Gelombang Protes Guncang UKSW Salatiga: Mahasiswa, Dosen, dan Alumni Bersatu Suarakan Ketidakpuasan
Krisis Kepemimpinan di UKSW: Gelombang Protes Mengguncang Kampus
Salatiga, Jawa Tengah - Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga menghadapi gejolak internal yang signifikan dengan serangkaian aksi demonstrasi yang melibatkan mahasiswa, dosen, dan alumni. Dalam kurun waktu singkat, kampus ini dilanda dua aksi protes besar yang menyoroti berbagai permasalahan kepemimpinan dan kebijakan rektorat.
Aksi pertama dipicu oleh keputusan Rektor UKSW, Prof. Intyas Utami, yang memberhentikan Dekan Fakultas Hukum (FH), Prof. Dr. Umbu Rauta, beserta jajaran pimpinan lainnya. Keputusan ini, yang tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Rektor, dianggap cacat prosedur dan tidak transparan oleh sivitas akademika FH. Pemberitahuan yang disampaikan melalui email pada larut malam menjelang pemberlakuan SK semakin memicu kemarahan.
Gelombang protes kemudian meluas ke fakultas lain. Mahasiswa dari tiga fakultas, termasuk FH, Fakultas Teologi, dan Fakultas Teknologi dan Informasi (FTI), turun ke jalan menyuarakan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Rektor Intyas Utami. Mereka menuding rektor bertindak arogan dan tidak memperhatikan aspirasi sivitas akademika.
Tuntutan Transparansi dan Perbaikan Fasilitas
Tuntutan utama para demonstran meliputi:
- Pencabutan SK Rektor terkait pemberhentian Dekan FH dan jajarannya.
- Penjelasan terkait pemberhentian Pendeta Rama Tulus dari Fakultas Teologi.
- Audit keuangan universitas, terutama terkait pengelolaan dana FTI.
- Peningkatan fasilitas pendukung pembelajaran, khususnya di FTI.
Dekan FTI UKSW, Prof. Danny Manongga, secara terbuka mengungkapkan kekecewaannya atas kebijakan rektorat yang dianggap merugikan mahasiswa FTI. Ia menuding FTI, sebagai fakultas dengan pendapatan terbesar, diperlakukan sebagai "sapi perah" melalui penggunaan anggaran yang tidak transparan dan tidak berpihak pada kepentingan sivitas akademika.
Tanggapan Rektorat
Rektor UKSW, Prof. Intyas Utami, menanggapi gelombang protes dengan menyatakan bahwa semua keputusan yang diambil, termasuk pemberhentian pejabat FH, telah melalui proses evaluasi yang matang. Ia menjelaskan bahwa Prof. Umbu Rauta diharapkan dapat fokus pada perannya sebagai Guru Besar Tata Negara.
Menanggapi tuntutan FTI, Rektor Intyas Utami mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan berbagai perbaikan fasilitas, seperti penambahan komputer dan peningkatan infrastruktur kelas tematik. Ia juga membantah tudingan terkait pemberhentian Pendeta Rama Tulus, dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
Prof. Intyas Utami menegaskan bahwa UKSW adalah kampus yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Namun, ia mengingatkan agar penyampaian aspirasi dilakukan dengan data yang valid dan tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Situasi di UKSW masih tegang. Dialog antara rektorat dan perwakilan mahasiswa, dosen, serta alumni terus diupayakan untuk mencari solusi terbaik bagi semua pihak. Masa depan UKSW, dengan segala dinamika internalnya, kini menjadi perhatian utama bagi seluruh sivitas akademika dan masyarakat luas.