Upaya Pemerintah Menekan Biaya Haji: Tiket Pesawat Jadi Fokus Utama
Pemerintah Indonesia tengah berupaya keras untuk menekan biaya ibadah haji, dengan fokus utama pada penurunan harga tiket pesawat. Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya efisiensi dalam penyelenggaraan haji agar lebih terjangkau bagi masyarakat.
Salah satu faktor signifikan yang menyebabkan tingginya biaya tiket pesawat haji adalah tingkat keterisian pesawat yang rendah saat kembali dari Arab Saudi ke Indonesia. Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji, Dahnil Anzar Simanjuntak, menjelaskan bahwa jemaah haji sebenarnya membayar biaya carter pesawat untuk penerbangan pergi dan pulang, meskipun pesawat seringkali kosong saat kembali ke tanah air. Kondisi ini memaksa jemaah untuk menanggung biaya operasional penuh penerbangan pulang yang tidak terisi.
"Pesawat itu kita carter jadi berangkat dan pulang itu jemaah bayar 4 tiket karena untuk carter ketika pulangnya kosong. Jadi itu cost dibiayai jemaah," ujar Dahnil.
Pemerintah sedang menjajaki berbagai solusi untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah dengan mengintegrasikan sektor pariwisata Arab Saudi. Tujuannya adalah untuk mengisi pesawat yang kembali ke Indonesia dengan wisatawan, sehingga mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh jemaah haji.
"Maka kita mau dorong skema supaya misalnya, pulangnya, misalnya Garuda atau Saudi Airlines pulangnya tidak kosong salah satunya kerja sama dengan sektor pariwisata di Saudi karena warga setempat biasanya ketika musim haji mereka keluar, mereka berwisata," ungkap Dahnil.
Selain itu, pemerintah juga berencana untuk membuka peluang bagi lebih banyak maskapai penerbangan untuk terlibat dalam pelayanan haji. Dengan adanya persaingan yang lebih sehat, diharapkan harga tiket pesawat dapat lebih kompetitif dan memberikan pilihan yang lebih terjangkau bagi calon jemaah haji. Saat ini, selain Garuda Indonesia, Lion Air juga telah ditunjuk untuk melayani penerbangan haji di beberapa embarkasi. Namun, upaya ini terkendala oleh regulasi yang mengharuskan maskapai penerbangan Saudi memiliki pangsa pasar minimal 50% dalam pelayanan haji.
"Kan sudah tahun ini nambah Lion Air di dua daerah, di dua embarkasi. Ya kemungkinan kita buka lagi bisa jadi," sebut Danhil.
"Ya karena aturannya 50% itu harus dari saudi. Jadi sulitnya sektor penerbangan ini kita terikat dari pemerintah saudi sebagai tempat sasaran kita," sebut Danhil.