Manajemen Keuangan Ramadan: Hindari Keborosan dengan Mengendalikan Hawa Nafsu
Manajemen Keuangan Ramadan: Hindari Keborosan dengan Mengendalikan Hawa Nafsu
Bulan Ramadan, bulan penuh berkah yang juga seringkali diiringi dengan peningkatan pengeluaran rumah tangga. Fenomena ini, yang kerap terjadi di kalangan masyarakat muslim, menunjukkan adanya anomali dalam manajemen keuangan selama bulan suci. H. Muhammad Faiz, Lc, MA, Anggota Dewan Pengawas Syariah BTN, atau yang dikenal sebagai Gus Faiz, menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama peningkatan pengeluaran ini adalah kebiasaan berbelanja dalam keadaan lapar.
Gus Faiz, dalam sebuah kajian di detikKultum, mengungkapkan bahwa membeli takjil dalam kondisi perut kosong seringkali mengarah pada pembelian impulsif. "Agama mengajarkan kita untuk tidak berbelanja saat lapar," ujar Gus Faiz. "Keinginan untuk membeli berbagai macam makanan dan minuman saat berburu takjil seringkali didorong oleh hawa nafsu, bukan kebutuhan riil." Beliau mengilustrasikan hal ini dengan kisah Sayyidina Umar RA yang anaknya membeli makanan karena tergiur saat lapar di pasar, menunjukkan bagaimana hawa nafsu dapat mengalahkan pertimbangan rasional.
Lebih lanjut, Gus Faiz menjelaskan bahwa pola konsumsi yang tidak terkontrol selama bulan Ramadan menunjukkan ketidakkonsistenan dalam berpuasa. "Kita mampu menahan hawa nafsu di siang hari selama puasa, tetapi menjelang berbuka, kita seringkali kehilangan kendali dan membeli berbagai makanan dan minuman yang sebenarnya tidak diperlukan." Sebagai contoh, keinginan untuk membeli berbagai minuman bukan hanya untuk melepas dahaga, tetapi juga karena dorongan hawa nafsu yang muncul saat perut kosong. Satu gelas minuman mungkin sudah cukup, tetapi godaan untuk membeli lebih banyak minuman dan makanan melampaui kebutuhan dasar.
Gus Faiz memberikan beberapa saran praktis untuk menghindari keborosan selama Ramadan. Pertama, beliau menyarankan untuk merencanakan menu berbuka bersama keluarga sebelum berpuasa. "Tanyakan kepada anggota keluarga saat berbuka, bukan saat berpuasa. Karena saat lapar, dorongan hawa nafsu akan mengarah pada pembelian yang berlebihan," jelasnya. Kedua, beliau menekankan bahwa berbuka puasa bukanlah ajang untuk memuaskan hawa nafsu secara berlebihan. "Berbuka puasa bertujuan untuk memberikan nutrisi pada tubuh setelah seharian berpuasa, bukan untuk melampiaskan keinginan yang tak terkendali. Berpuasa yang berlebihan hingga tengah malam, begitu pula berbuka dengan makan dan minum tanpa batas, sama-sama tidak dianjurkan dalam agama," tegas Ketua Umum MUI DKI Jakarta ini.
Kesimpulannya, manajemen keuangan yang baik selama Ramadan membutuhkan kesadaran diri dan pengendalian hawa nafsu. Perencanaan menu, berbelanja setelah berbuka, dan menghindari pembelian impulsif merupakan kunci untuk menghindari pemborosan dan tetap menjaga keberkahan bulan Ramadan. Dengan demikian, kita dapat fokus pada ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT tanpa terbebani oleh beban keuangan yang tidak perlu.