Gelombang Protes Hantam UKSW: Kepemimpinan Rektor Perempuan Pertama, Intiyas Utami, Dipertanyakan

Salatiga – Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) tengah menghadapi gejolak internal yang signifikan. Rektor universitas tersebut, Prof. Intiyas Utami, kini menjadi fokus perhatian setelah munculnya gelombang ketidakpuasan dari kalangan mahasiswa dan dosen.

Pada awal Mei 2025, aksi demonstrasi yang melibatkan mahasiswa dan dosen dari tiga fakultas berbeda – Fakultas Teknologi dan Informasi (FTI), Fakultas Teologi, dan Fakultas Hukum – mencerminkan eskalasi ketegangan yang dipicu oleh serangkaian kebijakan dan gaya kepemimpinan yang dianggap kontroversial. Para pengkritik menuding Prof. Intiyas Utami sebagai sosok pemimpin yang otoriter dan kurang memperhatikan aspirasi komunitas akademik.

Prof. Intiyas Utami sendiri mencatatkan sejarah sebagai rektor perempuan pertama di UKSW. Ia terpilih untuk memimpin universitas periode 2022-2027 melalui proses pemilihan yang ketat. Kemenangannya kala itu mengungguli dua kandidat lainnya, Pdt. Yusak Budi Setiawan dan Neil Semuel Rupidara.

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 24 Juni 1974, rekam jejak pendidikan Prof. Intiyas Utami terbilang mentereng. Ia menyelesaikan pendidikan Diploma 3 di AA YKPN Yogyakarta pada tahun 1997, melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada tahun 2001, meraih gelar S2 di Magister Akuntansi Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang pada tahun 2006, dan akhirnya menyandang gelar Doktor Akuntansi dari UGM pada tahun 2013.

Perjalanan karir akademisnya pun cukup panjang. Dimulai sebagai Asisten Ahli pada tahun 2003, ia kemudian meraih jabatan Lektor (2005), Lektor Kepala (2009), hingga akhirnya menjadi Guru Besar pada tahun 2018. Selain aktif mengajar dan meneliti, Prof. Intiyas Utami juga memiliki pengalaman dalam bidang struktural, termasuk menjabat sebagai Wakil Dekan FEB (2013-2015) dan Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UKSW (2020-2022).

Di luar lingkungan kampus, Prof. Intiyas Utami juga pernah berkontribusi sebagai dosen di FEB, staf Khusus Gubernur NTT (2019-2022), dan Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) (2013-2022). Segudang pengalaman ini tentu menjadi modal penting saat ia dipercaya memimpin UKSW.

Namun, perjalanan Prof. Intiyas Utami sebagai Rektor UKSW tidak sepenuhnya mulus. Belum lama menjabat, ia menghadapi gugatan hukum dari Indra Budiman dan David Gabriel Pella, yang diwakili oleh pengacara Marthen H. Toelle. Gugatan tersebut menyasar sejumlah pihak, termasuk 18 sinode gereja pendukung Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana, 18 Pembina YPTKSW, Yayasan PTKSW, Rektor UKSW, dan GKJ Klaten.

Menurut Marthen H. Toelle, gugatan tersebut diajukan karena adanya dugaan pelanggaran terhadap dasar sovereignitas UKSW, yang mencakup nilai-nilai religius. Pihaknya menilai bahwa rektor terpilih tidak memenuhi kriteria yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Lebih lanjut, Marthen menyoroti rekomendasi dari GKJ Klaten untuk rektor terpilih yang dianggap tidak sah karena bukan merupakan Sinode Gereja Pendukung.

Gelombang protes dan gugatan hukum ini menjadi tantangan besar bagi Prof. Intiyas Utami dalam memimpin UKSW. Ia dituntut untuk mampu meredam gejolak internal, membangun komunikasi yang efektif dengan seluruh elemen universitas, dan membuktikan bahwa kepemimpinannya dapat membawa UKSW menuju arah yang lebih baik.

Berikut daftar jabatan yang pernah diemban oleh Prof. Intiyas Utami:

  • Asisten Ahli (2003)
  • Lektor (2005)
  • Lektor Kepala (2009)
  • Guru Besar (2018)
  • Wakil Dekan FEB (2013-2015)
  • Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UKSW (2020-2022)
  • Staf Khusus Gubernur NTT (2019-2022)
  • Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) (2013-2022)