Program Makan Bergizi Gratis Diterpa Kritik, Celios: Jangan Remehkan Dampak Negatif
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto kembali menuai sorotan. Kali ini, Center of Economic and Law Studies (Celios) melalui Direktur Kebijakan Publiknya, Media Wahyudi Iskandar, melayangkan kritik pedas terhadap klaim keberhasilan program tersebut, terutama di tengah laporan kasus keracunan makanan yang terjadi di beberapa daerah.
Media Wahyudi Iskandar menegaskan bahwa insiden keracunan makanan tidak boleh dianggap remeh, apalagi jika sampai mengancam nyawa. Ia mengatakan, "Keracunan bukan sekadar masalah makanan basi. Ini tentang nyawa manusia. Satu nyawa pun tidak bisa dinilai hanya sebagai angka statistik. Tidak bisa dikatakan hanya sebagian kecil dari keseluruhan." Pernyataan ini menanggapi pernyataan Presiden Prabowo yang sebelumnya menyebutkan bahwa kasus keracunan MBG hanya terjadi pada sebagian kecil penerima manfaat.
Celios menilai klaim keberhasilan program MBG yang disampaikan oleh Presiden Prabowo tidak didasarkan pada evaluasi yang komprehensif dan empiris. Media Wahyudi Iskandar menekankan pentingnya evaluasi yang mendalam terhadap program tersebut, bukan hanya mengukur dari jumlah penerima atau besaran anggaran yang dikeluarkan.
"Idealnya, Presiden menjelaskan sesuatu berdasarkan data empiris dan mengevaluasi kebijakan dengan indikator yang benar," ujarnya. Ia menambahkan bahwa indikator keberhasilan MBG seharusnya mencakup ketepatan sasaran, kualitas pelaksanaan, serta dampak positif terhadap kesehatan dan pendidikan anak-anak penerima.
Lebih lanjut, Media Wahyudi Iskandar menyoroti bahwa insiden keracunan makanan yang terjadi di sejumlah daerah merupakan masalah serius yang tidak bisa diabaikan. Menurutnya, klaim keberhasilan program menjadi tidak relevan jika masih ada kasus keracunan yang mengancam keselamatan penerima manfaat.
Celios juga menyoroti bahwa insiden keracunan makanan dalam program MBG bukanlah kasus tunggal, melainkan sudah terjadi berulang kali sejak awal tahun 2025. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan untuk tidak bersikap defensif, melainkan secara terbuka mengakui adanya masalah dalam kualitas makanan yang disediakan. Media Wahyudi Iskandar menyarankan agar pemerintah segera melakukan perbaikan dan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
"Sudah terjadi berulang sejak Januari. Jumlahnya signifikan. Jadi bukan hanya ratusan, bahkan bisa lebih kalau disisir secara menyeluruh. Pemerintah sebaiknya mengakui dan memperbaiki, bukan buru-buru mengeklaim sukses," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo mengklaim bahwa program MBG telah mencapai keberhasilan sebesar 99,99 persen, meskipun terdapat kasus keracunan di berbagai daerah. Ia beralasan bahwa jumlah korban keracunan akibat MBG hanya sekitar 200 orang, yang merupakan sebagian kecil dibandingkan dengan jumlah penerima MBG yang mencapai 3 juta orang. Pernyataan ini disampaikan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada hari Senin, 5 Mei 2025.