Evaluasi Kontrak Katering Mendesak untuk Program Makan Bergizi Gratis Guna Hindari Insiden Keracunan
Maraknya kasus keracunan yang menimpa siswa dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai sorotan tajam dari berbagai pihak. Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani Chaniago, mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh dan perbaikan signifikan terhadap mekanisme kontrak kerja sama antara dapur umum atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan pihak katering.
Menurut Irma, akar permasalahan terletak pada potensi konflik kepentingan yang timbul akibat struktur kontrak yang ada. Ia mengkhawatirkan vendor dapur umum SPPG yang juga merangkap sebagai penyedia katering akan tergiur untuk mengambil keuntungan berlebih. Hal ini berpotensi mengorbankan kualitas makanan yang disajikan kepada para siswa, padahal vendor telah menerima kompensasi sewa dari BGN.
"Jika mekanisme kontraknya tidak diperbaiki dan pengawasan tidak ketat, saya tidak yakin bisa zero accident (nol kecelakaan)," tegas Irma. Ia mengusulkan agar vendor dapur umum dan pihak katering sebaiknya merupakan entitas yang sama, atau sebaliknya, pihak katering menjadi pemilik dapur umum. Langkah ini diharapkan dapat meminimalisir praktik pengurangan nilai gizi makanan demi keuntungan pribadi.
Irma juga menekankan pentingnya pengawasan berlapis dalam program MBG. Ia menyarankan agar para guru turut aktif memeriksa kualitas makanan sebelum didistribusikan kepada siswa. "Para guru wajib punya tanggung jawab moral, bukan hanya di kegiatan belajar mengajar, tapi juga pada keselamatan siswa," ujarnya.
Beberapa kasus keracunan MBG yang terjadi sebelumnya menjadi dasar kuat bagi desakan evaluasi ini. Insiden keracunan telah dilaporkan di berbagai daerah, termasuk Cianjur (yang bahkan ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa/KLB), Sukoharjo, Bombana, Sumba Timur, Pandeglang, dan Tasikmalaya. Gejala yang dialami siswa bervariasi, mulai dari mual, muntah, sakit perut, hingga pusing.
Menanggapi serangkaian insiden tersebut, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyatakan komitmennya untuk melakukan evaluasi total. BGN juga telah mengirimkan tim investigasi ke lokasi kejadian setiap kali laporan keracunan diterima. "Menyikapi munculnya kasus serupa di beberapa wilayah, kami menegaskan komitmen BGN untuk mengusut secara tuntas penyebabnya dan melakukan evaluasi menyeluruh guna mencegah terulangnya kejadian serupa," kata Dadan.
Berikut daftar insiden keracunan MBG yang terjadi sebelumnya:
- Cianjur, Jawa Barat: 78 siswa dari 2 sekolah mengalami gejala keracunan (KLB)
- Bombana, Sulawesi Tenggara: 13 siswa mengalami muntah dan sakit perut akibat mengonsumsi ayam basi.
- Waingapu, Sumba Timur: 29 siswa SD Katolik Andaluri mengalami keracunan.
- Pandeglang, Banten: 40 siswa SDN 2 Alaswangi mengalami keracunan.
- Sukoharjo, Jawa Tengah: 40 siswa SDN 3 Dukuh mengalami keracunan.
- Tasikmalaya: Insiden keracunan di SPPG Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq.