Drama di Graha Persib: Antara Keputusasaan dan Euforia Juara Liga 1
Graha Persib di Jalan Sulanjana, Bandung, menjadi saksi bisu drama yang mendebarkan sebelum akhirnya meledak dalam euforia perayaan gelar juara Liga 1. Para pemain Persib Bandung berkumpul untuk menyaksikan laga antara Persik Kediri melawan Persebaya Surabaya, sebuah pertandingan yang krusial dalam menentukan nasib mereka di kompetisi musim ini.
Harapan membuncah di awal, namun perlahan meredup seiring jalannya pertandingan. Ketika Persebaya berhasil unggul jauh dengan skor 3-1, banyak pemain Persib yang mulai kehilangan keyakinan. Bahkan, kapten tim, Marc Klok, bersama beberapa pemain lainnya, Gustavo Franca dan Gervane Kastaneer, memutuskan untuk meninggalkan acara nonton bareng tersebut. Kekecewaan tampak jelas di raut wajah mereka.
Klok bahkan sudah bersiap untuk kembali ke Jakarta dengan menaiki Kereta Api Cepat Whoosh. "Saya lihat skor masih 3-1, jadi saya pikir pertandingan sudah selesai dan kami akan mengunci gelar nanti hari Jumat," ujarnya.
Namun, keajaiban terjadi. Persik Kediri secara dramatis berhasil memperkecil ketertinggalan dan kemudian menyamakan kedudukan menjadi 3-3 di menit-menit akhir pertandingan. Gol penyeimbang yang dicetak oleh Ramiro Fergonzi di menit 90+6 itu sontak mengubah suasana di Graha Persib.
Bek Persib, Nick Kuipers, dengan sigap mengejar Franca dan Kastaneer yang baru saja masuk ke dalam mobil, meminta mereka untuk kembali dan menyaksikan sisa pertandingan. Teriakan kegembiraan membahana ketika gol penyeimbang tercipta, memastikan Persib Bandung keluar sebagai juara Liga 1.
"Ketika skornya 3-1 saya putuskan pulang, bahkan sudah di Whoosh, saya mau ke Jakarta. Tapi pas saya lihat skornya jadi 3-3, saya langsung lari keluar dari mobil, saya kembali," cerita Marc Klok, menggambarkan betapa dramatisnya momen tersebut.
Klok, yang bergabung dengan Persib pada tahun 2021, mengungkapkan kebanggaannya atas perjuangan tim sepanjang musim. Ia mengakui bahwa musim ini penuh dengan tantangan, mulai dari persiapan pramusim yang kurang ideal, jadwal pertandingan yang padat, hingga badai cedera yang menimpa para pemain.
- Banyak pemain cedera
- Akumulasi kartu
- Tidak pernah benar-benar main dengan kekuatan penuh
- Skuat terus berubah
"Musim ini sangat panjang, sekitar 10 atau 11 bulan. Banyak pemain cedera, akumulasi kartu, dan kita tidak pernah benar-benar main dengan kekuatan penuh. Skuat terus berubah," kata Klok.
Kendati demikian, ia menyoroti mentalitas pantang menyerah dan kekompakan tim yang menjadi kunci keberhasilan mereka meraih gelar juara. Klok juga menambahkan bahwa tekanan yang dihadapi timnya musim ini lebih besar dibandingkan musim sebelumnya, mengingat status mereka sebagai juara bertahan.
"Musim ini berat karena semua tim mengejar kami. Tahun lalu, kami yang mengejar tim lain, tapi sekarang kami yang dikejar. Jadi tekanannya lebih besar, tapi hasilnya luar biasa. Saya sangat bangga," pungkasnya. Gelar juara ini menjadi bukti nyata dari kerja keras, dedikasi, dan semangat juang para pemain Persib Bandung.