Inovasi Briket Kelapa Ubah Kehidupan di Flores: Dapur Lebih Sehat, Beban Perempuan Berkurang
Di sebuah desa di Flores, Nusa Tenggara Timur, inovasi sederhana telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya bagi para perempuan. Regina, seorang ibu rumah tangga, berbagi pengalamannya menggunakan briket tempurung kelapa sebagai pengganti kayu bakar dan minyak tanah.
Dulu, Regina dan para perempuan di desanya harus bersusah payah mencari kayu bakar di hutan. Mereka harus berjalan berkilo-kilometer, dua hingga tiga kali seminggu, hanya untuk mengumpulkan kayu yang akan digunakan untuk memasak. Selain melelahkan, proses memasak dengan kayu bakar juga menghasilkan asap tebal yang berbahaya bagi kesehatan. Regina seringkali harus berhadapan dengan asap yang membuatnya batuk dan perih di mata.
Alternatif lain adalah menggunakan minyak tanah. Namun, minyak tanah juga memiliki kekurangan. Selain harganya yang mahal, minyak tanah juga kurang ramah lingkungan. Regina harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit setiap minggunya untuk membeli minyak tanah agar bisa memasak dengan cepat.
Kini, semua itu telah berubah. Regina dan masyarakat desa Bantala beralih menggunakan briket tempurung kelapa. Briket ini terbuat dari limbah tempurung kelapa yang diolah menjadi arang, kemudian digiling menjadi bubuk dan dicampur dengan kanji sebagai perekat. Setelah dicetak, briket dijemur hingga kering dan siap digunakan.
Regina mengaku sangat terbantu dengan adanya briket kelapa ini. Ia tidak perlu lagi bersusah payah mencari kayu bakar di hutan. Selain itu, asap yang dihasilkan oleh briket kelapa juga jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kayu bakar, sehingga dapur menjadi lebih bersih dan sehat.
"Biasanya capek cari kayu api, sekarang tidak. Dulu seminggu bisa 5 liter minyak tanah, sekarang cukup satu. Cuma perlu minyak tanah kalau memang harus memasak cepat," ungkap Regina.
Manfaat briket kelapa tidak hanya dirasakan oleh Regina seorang. Masyarakat desa lainnya juga merasakan dampak positif dari inovasi ini. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, briket kelapa juga dijual untuk menambah penghasilan keluarga.
S Pati Gokor, Staf Program dan Media dari Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) di Flores Timur, menambahkan bahwa briket kelapa juga mendorong kesetaraan gender di masyarakat. Jika dulu perempuan memikul beban mencari kayu bakar dan memasak seorang diri, kini laki-laki dan perempuan berbagi tugas. Laki-laki berperan dalam memanen kelapa dan mengupasnya, sementara perempuan membersihkan buah kelapa dan menggunakannya untuk memasak. Proses pembuatan briket pun dilakukan bersama-sama.
"Jadi briket mendorong kerjasama laki-laki dan perempuan," jelas Pati Gokor.
Saat ini, kelompok penghasil briket kelapa di desa Bantala semakin berkembang. Awalnya, tim Regina hanya beranggotakan 15 orang. Kini, mereka telah mengajak anak muda dan desa tetangga untuk bergabung. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi hingga 30 kg briket.
Inovasi briket kelapa ini telah membawa perubahan positif bagi masyarakat desa Bantala. Dapur menjadi lebih bersih dan sehat, beban perempuan berkurang, dan ekonomi keluarga meningkat. Briket kelapa menjadi solusi sederhana namun berdampak besar bagi kehidupan masyarakat di Flores.