Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat di Kuartal I-2025, Ancaman Ketidakpastian Global Mengintai

Perlambatan Ekonomi Indonesia di Awal Tahun 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2025. Angka pertumbuhan tercatat sebesar 4,87% (year on year), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,11%, serta kuartal keempat tahun 2024 sebesar 5,02%.

Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan ekonom. Executive Director Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, menyampaikan pandangannya terkait prospek ekonomi Indonesia yang dinilai semakin mengkhawatirkan, terutama dengan meningkatnya ketidakpastian global. Pelemahan yang terjadi pada kuartal I-2025 menjadi perhatian khusus, mengingat dampak dari gejolak eksternal diperkirakan baru akan terasa di periode mendatang.

Yose Rizal Damuri menyoroti potensi dampak kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) dapat mempengaruhi ekspor Indonesia. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pelemahan ekonomi global secara keseluruhan dapat menekan harga komoditas, yang merupakan sumber pendapatan utama bagi Indonesia. Kondisi ini berpotensi memperburuk kinerja ekspor dan semakin menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Ia juga menekankan pentingnya kesiapan pemerintah dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang semakin tidak menentu. Permasalahan yang akan dihadapi diyakini akan semakin kompleks, sehingga diperlukan langkah-langkah antisipasi yang lebih kuat. Yose membandingkan kondisi saat ini dengan krisis ekonomi di tahun 2008 dan 2012, dimana Indonesia menunjukkan resiliensi yang tinggi. Namun, ia menilai bahwa kondisi internal ekonomi Indonesia saat ini tidak sekuat dulu.

Senada dengan Yose, Chief Economist Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menyatakan bahwa ekonomi Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan, terutama sejak penerapan kebijakan tarif impor oleh AS. Selain itu, penurunan populasi kelas menengah dan konsumsi rumah tangga juga menjadi faktor yang melemahkan perekonomian. Data BPS menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2025 tumbuh 4,89%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,91%.

Ekonom memberikan catatan:

  • Perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 menjadi sinyal peringatan.
  • Ketidakpastian global dan kebijakan tarif AS menjadi ancaman utama.
  • Penurunan konsumsi rumah tangga memperburuk kondisi.
  • Pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi yang lebih kuat.
  • Resiliensi ekonomi Indonesia perlu ditingkatkan.