Investigasi Keracunan Massal di PALI: Diduga Akibat Proses Memasak yang Tidak Tepat pada Program Makan Bergizi Gratis
Ratusan siswa di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, mengalami insiden keracunan massal yang diduga terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Badan Gizi Nasional (BGN) tengah melakukan investigasi mendalam untuk mengungkap penyebab pasti kejadian ini.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyampaikan dugaan awal bahwa proses memasak yang tidak tepat menjadi faktor utama penyebab keracunan. Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, Dadan menjelaskan bahwa makanan yang disajikan mungkin dimasak terlalu awal dan tidak segera didistribusikan. Hal ini berpotensi memicu pertumbuhan bakteri atau penurunan kualitas makanan, yang pada akhirnya membahayakan kesehatan para siswa.
"Kami menduga masalahnya terletak pada waktu memasak yang terlalu cepat dari waktu pendistribusian. Hal ini memungkinkan terjadinya kontaminasi atau perubahan kualitas makanan sebelum sampai ke tangan siswa," ujar Dadan.
BGN juga menyoroti proses penyimpanan dan pengolahan bahan baku yang kurang tepat. Berdasarkan informasi yang dihimpun, ikan sebagai salah satu bahan utama MBG, disimpan dalam freezer setelah diterima pada hari Jumat. Proses pengolahan dilakukan setengah matang, kemudian dimasukkan kembali ke dalam freezer sebelum akhirnya dimasak kembali. Siklus penyimpanan dan pengolahan yang berulang ini meningkatkan risiko kontaminasi dan penurunan kualitas gizi.
"Proses penyimpanan dan pengolahan yang kurang tepat dapat memicu pertumbuhan bakteri atau perubahan kimiawi pada makanan, sehingga berpotensi menyebabkan keracunan," jelas Dadan.
Menyikapi kejadian ini, BGN berjanji akan memperketat prosedur pemilihan bahan baku dan proses pengolahan makanan dalam program MBG. Prioritas utama adalah memastikan bahan baku yang digunakan segar dan berkualitas tinggi. Selain itu, BGN akan mengawasi secara ketat proses pengolahan makanan agar sesuai dengan standar keamanan pangan yang berlaku.
"Kami akan lebih selektif dalam memilih bahan baku dan memastikan proses pengolahan makanan dilakukan dengan benar. Tujuannya adalah untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang," tegas Dadan.
Sementara itu, Dinas Kesehatan PALI mencatat sebanyak 121 siswa dari berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA, diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG. Gejala yang dialami para siswa antara lain mual, muntah, dan pusing.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sumsel, Deddy Irawan, menjelaskan bahwa sebagian besar siswa yang mengalami keracunan telah mendapatkan perawatan medis. Sebanyak 50 siswa telah diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik, sementara sisanya masih menjalani observasi lanjutan di rumah sakit.
"Kami terus memantau kondisi para siswa yang masih dirawat dan melakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti keracunan ini," kata Deddy.
Insiden keracunan massal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan pusat. Pemerintah berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan yang disajikan kepada siswa.