Vatikan Perketat Keamanan Kapel Sistina Jelang Pemilihan Paus Baru
Menjelang konklaf untuk memilih pengganti Paus Fransiskus, Vatikan meningkatkan langkah-langkah keamanan di Kapel Sistina. Serangkaian tindakan diterapkan untuk memastikan kerahasiaan proses pemilihan Paus, yang merupakan salah satu tradisi terpenting dalam Gereja Katolik.
Kapel Sistina, tempat para kardinal berkumpul untuk memilih Paus baru, akan diubah menjadi "bunker rahasia" dengan berbagai teknologi canggih. Langkah-langkah ini dirancang untuk mencegah kebocoran informasi selama proses pemilihan, yang berlangsung tertutup dan penuh kerahasiaan. Konklaf dijadwalkan akan dimulai pada hari Rabu, sekitar 16 hari setelah wafatnya Paus sebelumnya. Sebanyak 135 kardinal dari seluruh dunia akan berpartisipasi dalam pemungutan suara untuk menentukan pemimpin baru Gereja Katolik.
Antisipasi Serangan Drone dan Pemblokiran Sinyal
Otoritas Italia telah mengambil tindakan pencegahan terhadap potensi ancaman drone di wilayah Vatikan. Pada saat pemakaman Paus Fransiskus, dilaporkan bahwa otoritas memiliki sistem anti-drone untuk melumpuhkan drone yang terbang di atas Vatikan. Teknologi jamming juga digunakan untuk mengganggu frekuensi dan komunikasi telepon di sekitar area tersebut. Pemerintah Vatikan mengumumkan bahwa semua sistem transmisi sinyal telekomunikasi untuk telepon seluler di wilayah Negara Kota Vatikan akan dinonaktifkan mulai pukul 15.00 pada tanggal 7 Mei. Langkah ini bertujuan untuk mencegah segala bentuk komunikasi dari dalam Kapel Sistina selama konklaf berlangsung. Pemulihan sinyal akan dilakukan setelah pengumuman pemilihan Paus yang baru. Namun, penonaktifan sinyal tidak akan mencakup Lapangan Santo Petrus.
Penerapan Teknologi Anti-Kebocoran Informasi
Meskipun beberapa persiapan keamanan bersifat rahasia, langkah-langkah serupa telah diterapkan pada konklaf sebelumnya. Pada tahun 2013, ketika Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus Fransiskus, Kapel Sistina dilengkapi dengan teknologi tinggi untuk mencegah kebocoran informasi. Sebuah laporan menyebutkan bahwa lantai palsu dipasang di atas ubin Kapel Sistina dengan alat pengacak elektronik untuk memblokir sinyal apapun yang keluar dari sana. Pejabat Vatikan juga melakukan penyisiran menyeluruh di kapel dan wisma tamu tempat para kardinal menginap, menggunakan pemindai anti penyadapan untuk mendeteksi keberadaan mikrofon tersembunyi. Selain itu, sistem khusus dipasang di sekitar kapel untuk memblokir sinyal penyadap.
Sumpah Kerahasiaan dan Konsekuensi Pelanggaran
Selain langkah-langkah teknologi, semua pihak yang terlibat dalam konklaf diwajibkan untuk mengucapkan sumpah kerahasiaan. Staf, pejabat, dan para kardinal harus menyatakan bahwa mereka tidak akan menggunakan alat pemancar, penerima, atau peralatan fotografi apa pun, bahkan setelah pemilihan Paus baru, kecuali dengan izin khusus. Mereka juga berjanji untuk menjaga kerahasiaan yang ketat mengenai segala sesuatu yang dibahas dalam pertemuan para kardinal, baik sebelum maupun selama konklaf, serta segala hal yang berkaitan dengan pemilihan Paus. Selama konklaf, tidak diperbolehkan mengirim surat, tulisan, atau materi cetak apapun kepada sesama kardinal atau pihak luar. Para anggota konklaf juga tidak memiliki akses ke media selama diskusi berlangsung. Pelanggaran terhadap sumpah ini akan berakibat pada pengucilan dari Takhta Suci.
Aturan Kerahasiaan
Paus Yohanes Paulus II menetapkan aturan mengenai pemeriksaan cermat oleh individu yang dapat dipercaya, untuk memastikan tidak ada peralatan audiovisual yang dipasang diam-diam untuk merekam dan mentransmisikan informasi keluar.
Terlepas dari langkah-langkah ketat yang diterapkan, kebocoran informasi tentang proses konklaf masih mungkin terjadi. Pada tahun 2005, seorang kardinal Jerman membocorkan informasi tentang pemilihan Joseph Ratzinger sebagai Paus kepada media Jerman, menunjukkan bahwa upaya untuk menjaga kerahasiaan sepenuhnya tidak selalu berhasil.