Reaksi Jantung Tak Hanya Dipicu Kabar Duka, Euforia Berlebihan Juga Berbahaya

Reaksi tubuh yang ekstrem saat menerima berita mendadak, seringkali digambarkan dalam adegan dramatis di film atau sinetron, ternyata bukan isapan jempol belaka. Spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Susetyo Atmojo, SpJP, menjelaskan bahwa fenomena ini, meski jarang terjadi, patut diwaspadai.

Menurut dr. Susetyo, pemicunya tidak terbatas pada kabar buruk. Segala bentuk kejutan, termasuk berita baik yang disambut dengan euforia berlebihan, dapat memicu respons serupa. "Sesuatu yang diterima secara mendadak, baik itu berita buruk maupun berita menggembirakan yang disikapi secara berlebihan, dapat menambah beban pada jantung," ujarnya saat ditemui di Jakarta Barat, Senin (6/5/2025).

Kondisi ini lebih rentan dialami oleh individu yang telah memiliki riwayat penyakit jantung. Sebagai contoh, pada penderita aterosklerosis, atau penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak, kejutan emosional dapat memicu ruptur pembuluh darah dan menyebabkan kolaps.

Namun, dr. Susetyo menekankan bahwa penyakit jantung dapat menyerang siapa saja, kapan saja. Bahkan, banyak kasus kematian akibat penyakit jantung terjadi saat tidur tanpa adanya gejala sebelumnya. Oleh karena itu, deteksi dini menjadi kunci pencegahan.

"Penting untuk melakukan pemeriksaan kardiovaskular secara rutin guna mendeteksi potensi masalah jantung sejak dini. Setiap individu dewasa, terutama yang berusia di atas 40 tahun, atau mereka yang memiliki faktor risiko kardiovaskular meski belum mencapai usia tersebut, disarankan untuk menjalani medical check-up kardiovaskular setiap 1 hingga 3 tahun," jelasnya.

Dengan melakukan pemeriksaan rutin, individu dapat mengetahui kondisi jantung mereka dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. "Intinya adalah mendeteksi apakah ada potensi penyakit jantung dalam diri kita. Dengan begitu, kita tidak perlu khawatir berlebihan saat menghadapi berita mendadak atau situasi yang mengejutkan. Fokusnya bukan pada menghindari berita mendadak, tetapi pada mengetahui apakah ada 'bom waktu' berupa penyakit jantung yang perlu diwaspadai," tegas dr. Susetyo.

Pemeriksaan Kardiovaskular yang Dianjurkan:

  • Usia 40 tahun ke atas: Medical check-up kardiovaskular setiap 1-3 tahun.
  • Di bawah 40 tahun dengan faktor risiko: Medical check-up kardiovaskular setiap 1-3 tahun.

Faktor Risiko Kardiovaskular:

  • Riwayat keluarga dengan penyakit jantung
  • Tekanan darah tinggi
  • Kolesterol tinggi
  • Diabetes
  • Merokok
  • Obesitas
  • Kurang aktivitas fisik

Dengan deteksi dini dan gaya hidup sehat, risiko penyakit jantung dapat diminimalkan.