Iming-Iming Rupiah, Warga Bekasi Berbondong-bondong ke Gerai WorldID Meski Dihantui Kekhawatiran
Gelombang antusiasme sekaligus kekhawatiran menyelimuti sebagian warga Kampung Gabus, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, saat mereka beramai-ramai mendatangi gerai WorldID di Bekasi Timur. Fenomena ini dipicu oleh iming-iming imbalan finansial yang dijanjikan bagi mereka yang bersedia melakukan pemindaian mata (scan retina) melalui aplikasi World App.
Bagi sebagian warga, tawaran ini menjadi angin segar di tengah kesulitan ekonomi yang menghimpit. Mulyana, seorang ibu rumah tangga, mengungkapkan harapannya bahwa program ini dapat menjadi solusi instan untuk memperbaiki kondisi keuangannya. Terinspirasi oleh keberhasilan seorang teman yang berhasil meraup ratusan ribu rupiah setiap bulan, Mulyana tak ragu mengajak tujuh anggota keluarganya untuk ikut serta. Meski sempat kecewa karena gerai tutup saat kedatangan mereka, semangat Mulyana tak surut. Ia berharap bisa mendapatkan minimal Rp 300.000 per bulan selama setahun, sebuah angka yang cukup signifikan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kisah serupa juga dialami oleh Siti, seorang pemuda berusia 20 tahun yang tengah berjuang mencari pekerjaan. Informasi tentang potensi penghasilan Rp 200.000 dari pemindaian retina mata menjadi daya tarik utama baginya. Tanpa pikir panjang, Siti mengunduh aplikasi World App dan mengisi data diri lengkap, termasuk nomor identitas kependudukan. Ia kemudian mendapat jadwal pemindaian di gerai WorldID. Namun, sesampainya di lokasi, Siti mendapati gerai tersebut telah ditutup, menyusul pembekuan layanan oleh pemerintah.
Di balik antusiasme mencari penghasilan tambahan, terselip kekhawatiran mendalam mengenai potensi penyalahgunaan data pribadi. Mulyana, misalnya, mengakui adanya keraguan terhadap keamanan data matanya, terutama setelah pemerintah membekukan layanan WorldID. Ketakutan yang sama juga dirasakan oleh Siti, yang bersyukur belum sempat melakukan pemindaian. Ia tak ingin data pribadinya jatuh ke tangan yang salah.
Fenomena ini mencerminkan dilema yang dihadapi banyak orang di tengah himpitan ekonomi. Di satu sisi, tawaran penghasilan instan sangat menggiurkan. Namun, di sisi lain, risiko penyalahgunaan data pribadi menjadi ancaman yang tak bisa diabaikan.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengambil tindakan tegas dengan membekukan sementara tanda daftar penyelenggara sistem elektronik Worldcoin dan WorldID. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap laporan masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan terkait layanan tersebut.
Kominfo juga berencana memanggil pihak-pihak terkait, termasuk PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara, untuk mengklarifikasi dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik. Hasil penelusuran awal menunjukkan bahwa PT Terang Bulan Abadi belum terdaftar sebagai penyelenggara sistem elektronik dan tidak memiliki tanda daftar yang diperlukan.
Sementara itu, Tools for Humanity (TFH), perusahaan pengembang Worldcoin dan WorldID, menyatakan tengah berupaya mencari kejelasan terkait persyaratan izin dan lisensi yang relevan. Mereka juga menegaskan kesiapan untuk menindaklanjuti jika ditemukan kekurangan atau kesalahpahaman dalam proses perizinan.
Berikut adalah poin-poin penting dari berita ini:
- Warga Bekasi berbondong-bondong mendatangi gerai WorldID untuk melakukan scan mata demi mendapatkan imbalan finansial.
- Faktor ekonomi menjadi alasan utama ketertarikan warga terhadap program ini.
- Warga juga выражают kekhawatiran mengenai potensi penyalahgunaan data pribadi.
- Pemerintah telah membekukan sementara layanan Worldcoin dan WorldID karena adanya laporan aktivitas mencurigakan.
- Kominfo akan memanggil pihak-pihak terkait untuk mengklarifikasi dugaan pelanggaran.
- TFH menyatakan tengah berupaya mencari kejelasan terkait persyaratan izin dan lisensi.