Identifikasi Bakteri Picu Keracunan Massal Program Makan Bergizi di Cianjur

Kasus keracunan massal yang menimpa siswa MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat, akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) memasuki babak baru. Kepolisian Resor Cianjur mengumumkan temuan dua jenis bakteri dalam sampel makanan, sisa makanan, dan muntahan korban yang diduga kuat menjadi penyebab insiden tersebut.

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat, teridentifikasi bakteri Staphylococcus dan E. coli dalam sampel yang diperiksa. Temuan ini menjadi titik terang dalam penyelidikan penyebab keracunan yang dialami ratusan siswa pada Senin, 21 April 2025 lalu. Gejala yang dialami para korban meliputi pusing, mual, muntah, dan diare, yang mengharuskan mereka mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.

"Kami telah menerima hasil uji lab dan benar adanya temuan dua jenis bakteri tersebut," ungkap salah satu perwira Polres Cianjur. Meskipun demikian, pihak kepolisian masih belum dapat menyimpulkan apakah terdapat unsur pidana dalam kasus ini. Proses penyelidikan masih terus berjalan dengan pemeriksaan saksi-saksi ahli lainnya. Prioritas saat ini adalah memastikan penyebab pasti keracunan dan mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang. Kepolisian juga berupaya memberikan imbauan, masukan, dan pengawasan agar program MBG dapat berjalan dengan baik dan aman bagi masyarakat.

Sebelumnya, Polres Cianjur telah mengambil langkah-langkah proaktif dalam menangani kasus ini. Beberapa saksi telah dimintai keterangan, termasuk penanggung jawab pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), ahli gizi, juru masak, hingga kurir yang bertugas mendistribusikan makanan ke sekolah-sekolah. Keterangan dari para saksi ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proses penyediaan dan pendistribusian makanan dalam program MBG, serta mengidentifikasi potensi kelalaian atau pelanggaran yang mungkin terjadi. Program MBG sendiri bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat, khususnya para siswa. Insiden keracunan ini menjadi perhatian serius dan diharapkan tidak menghambat pelaksanaan program tersebut di masa depan.