Trauma Banjir Bandang Puncak: Warga Kehilangan Rasa Aman, Infrastruktur Butuh Penataan Ulang

Trauma Banjir Bandang Puncak: Warga Kehilangan Rasa Aman, Infrastruktur Butuh Penataan Ulang

Hujan deras kembali menghantui warga Kampung Pensiunan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, yang masih trauma pascabanjir bandang beberapa waktu lalu. Kejadian tersebut telah memporak-porandakan rumah-rumah mereka, meninggalkan bekas luka fisik dan psikis yang mendalam. Kecemasan kini menjadi teman setia warga setiap kali hujan turun, terutama saat malam hari.

"Hujan deras tadi membuat saya kembali ketakutan," ungkap Minah (52), salah seorang warga yang rumahnya terdampak banjir. "Airnya sangat deras, mengingatkan saya pada peristiwa mengerikan beberapa waktu lalu. Rasanya ngeri sekali." Senada dengan Minah, Ismiati (58) juga mengaku merasakan ketakutan yang sama. Suara aliran air yang deras kala hujan membuatnya sulit tidur dan terus merasa was-was sepanjang malam. "Biasanya, setelah hujan reda, aliran airnya mengecil. Tapi sekarang, debit air tetap tinggi dan deras," tambahnya, menggambarkan kekhawatiran yang terus menghantuinya.

Ancaman Berkelanjutan dan Penyebab Bencana

Ketakutan warga bukan tanpa alasan. Bencana banjir bandang di Puncak disebabkan oleh penyempitan aliran Sungai Ciliwung akibat pembangunan rumah-rumah yang menjamur di bantaran sungai. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti, seusai meninjau lokasi bencana. Beliau menjelaskan, pembangunan yang tidak terkendali telah menyebabkan sungai kehilangan kapasitas tampung air, sehingga ketika hujan deras datang, luapan air langsung menerjang pemukiman warga.

"Sungai Ciliwung yang dulunya lebar, kini menjadi sangat sempit karena banyaknya bangunan di sekitarnya," ujar Diana. "Aliran sungai yang terhambat langsung menghantam rumah-rumah warga, mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang signifikan." Menurut beliau, penataan ulang kawasan tersebut sangat krusial untuk mencegah terulangnya bencana serupa. Pembangunan rumah di bantaran sungai harus dihentikan, dan yang sudah ada perlu direlokasi untuk memberikan ruang bagi aliran sungai.

Langkah-Langkah yang Diperlukan

Peristiwa ini menyoroti pentingnya pengelolaan tata ruang dan infrastruktur yang terintegrasi. Selain penataan ulang rumah-rumah di bantaran sungai, beberapa langkah lain yang diperlukan antara lain:

  • Penegakan aturan bangunan: Pemerintah daerah harus tegas dalam menegakkan peraturan bangunan di daerah rawan bencana, termasuk di bantaran sungai. Izin mendirikan bangunan harus diawasi ketat untuk mencegah pembangunan yang tidak terkendali.
  • Sistem peringatan dini: Sistem peringatan dini yang efektif perlu diimplementasikan untuk memberi peringatan kepada warga sebelum terjadi bencana. Hal ini akan memberi warga waktu untuk menyelamatkan diri dan harta bendanya.
  • Sosialisasi dan edukasi: Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mitigasi bencana sangatlah penting. Warga harus diberi pemahaman tentang risiko yang mereka hadapi dan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut.
  • Normalisasi sungai: Normalisasi Sungai Ciliwung perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas tampung air dan mengurangi risiko banjir. Hal ini harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.

Tragedi banjir bandang di Puncak bukan hanya bencana alam semata, tetapi juga merupakan cerminan dari kegagalan dalam pengelolaan sumber daya alam dan tata ruang. Perlu kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan guna mencegah terjadinya bencana serupa di masa mendatang dan mengembalikan rasa aman bagi warga.