Iming-Iming Rupiah Menggiurkan: Pengemudi Ojol Berbondong-bondong Lakukan Pindai Mata di Kelapa Gading

Gelombang antusiasme melanda Kelapa Gading, Jakarta Utara, di mana sejumlah warga, termasuk pengemudi ojek online (ojol), berbondong-bondong mendatangi sebuah ruko yang menawarkan imbalan uang tunai atas partisipasi dalam pemindaian retina mata. Fenomena ini terpusat di sebuah lokasi yang terafiliasi dengan WorldID, sebuah proyek yang terkait dengan identitas digital global.

Saiful, seorang pengemudi ojol berusia 52 tahun asal Cakung, menjadi salah satu yang terpikat oleh tawaran menggiurkan ini. Berbekal informasi dari seorang teman, ia memberanikan diri untuk mencoba proses pemindaian mata tersebut. "Awalnya dari teman, katanya bisa dapat uang dengan download aplikasi. Terus disuruh datang ke sini," ujarnya saat ditemui di lokasi.

Saiful bercerita bahwa ia telah mengunjungi ruko WorldID tersebut bersama rekannya pada hari Sabtu sebelumnya. Sang rekan berhasil memperoleh imbalan sebesar Rp 200.000 setelah menjalani pemindaian retina. Saiful sendiri pada hari berikutnya, berhasil menerima Rp 250.000. Daya tarik utama dari program ini adalah janji pembayaran berkelanjutan selama satu tahun, dengan nilai yang fluktuatif mengikuti nilai tukar dolar Amerika Serikat. "Katanya, sekali scan mata itu dapat duitnya enggak cuma sekali, tapi selama setahun," imbuh Saiful.

Uang imbalan tersebut ditransfer langsung ke dompet digital masing-masing peserta, yang semakin menambah daya tarik program ini. Namun, saat Saiful kembali ke ruko tersebut pada hari yang dijadwalkan, ia mendapati kantor tersebut tutup.

Kisah serupa juga dialami oleh Desi, seorang warga berusia 40 tahun yang juga tertarik untuk mengikuti program pemindaian mata ini. Ia mengaku telah beberapa kali bolak-balik ke ruko WorldID di Kelapa Gading dengan harapan bisa mendapatkan uang imbalan. "Saya dikasih tahu teman soal aplikasi ini. Di aplikasi sih cuma diminta data diri saja, seperti nama. Nanti baru diarahkan ke sini," jelas Desi.

Desi mengaku tergiur setelah melihat temannya berhasil mendapatkan Rp 200.000 setiap kali datang ke lokasi tersebut. Kehadiran WorldID di Indonesia kini menjadi sorotan. Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah membekukan layanan Worldcoin dan WorldID di Indonesia sebagai langkah antisipatif terhadap potensi risiko keamanan data pribadi masyarakat.

Tools for Humanity (TFH), perusahaan induk dari Worldcoin dan WorldID, menyatakan bahwa mereka sedang berupaya untuk memahami persyaratan perizinan yang berlaku di Indonesia. Mereka juga menyatakan kesiapannya untuk menindaklanjuti jika ditemukan adanya kekurangan atau kesalahpahaman dalam proses perizinan.

"Kami berharap dapat melanjutkan dialog konstruktif dengan pemerintah," demikian pernyataan resmi dari pihak TFH. "Jika ada kekurangan atau kesalahpahaman terkait perizinan kami, kami tentu akan menindaklanjutinya."